"Tadabbur tidak saja mengharuskan pengetahuan kekuatan akal untuk berpikir, tapi juga harus mengerahkan hati dengan segala kesungguhan untuk dapat meraih pesan-pesan Al-Qur'an. Akal dan hati haruslah dibersihkan dan disucikan dari segala pikiran dan prasangka yang tidak baik sehingga pesan-pesan Al-Qur'an akan mudah mengalir dari langit pikiran dan hati yang kemudian menghujam dan menenteramkan.
Akal dan hati yang terbuka akan memudahkan seseorang menangkap pesan-pesan mulia Al-Qur'an. Sebaliknya, akal dan hati yang sudah diliputi pikiran yang tidak sehat dan hati prasangka buruk hanya akan menutup dan menjauhkan Al-Qur'an dari dirinya. Jika demikian, Al-Qur'an tidak akan memberikan manfaat dan berkah. Justru menjadikannya bertambah jauh dan bertambah pula kesesatannya." (Dari buku Meraih Mutiara Al-Qur'an hlm. 4 karya Bachtiar Natsir)
Ketika membaca nasehat di atas, saya jadi teringat dengan orang-orang seperti Abu Jahal dan Abu Lahab. Mereka adalah masih kerabat dekat dengan Nabi Saw. Tetapi mereka juga sangat dekat permusuhannya dengan Nabi. Mereka bukanlah orang yang tidak mengakui kebenaran Al-Qur'an tetapi kesombongan merekalah yang menghalangi untuk beriman kepadanya. Abu Lahab pernah berkata, "Demi Allah! Sesungguhnya aku mengetahui yang dibawanya itu haq. Akan tetapi, ada sesuatu yang menghalangiku (untuk mengikutinya)." Yaitu kesombongan dan kedengkianlah yang menghalanginya untuk menerima hidayah. Mereka merasa bahwa posisi mereka berada di atas Nabi Saw. Ketika mereka melihat bahwa pengaruh Nabi semakin meluas, mereka sangat ketakutan dan menginginkan hal itu untuk tidak terjadi. Kemudian mereka melakukan berbagai upaya sadis mulai dari cacian, penyiksaan, pembunuhan, hingga peperangan terhadap diri Nabi dan kaum muslimin.
Saya juga teringat dengan kaum orientalis yang picik. Para penjajah Kristen-Yahudi berada dibalik orientalisme. Para orientalis itu menghabiskan waktunya bertahun-tahun mempelajari Islam hanya untuk mengetahui celah dalam menghancurkan akidah umat. Bahkan orientalis seperti Snouck Hourgronje pura-pura masuk Islam dan menikah dengan anak seorang ulama hanya untuk melakukan pembusukan ini. Mereka kemudian mengemukakan yang menurut mereka kontradiksi-kontradiksi dalam Islam, melemahkan riwayat yang kuat dan menguatkan riwayat yang lemah, menghina para ulama dan menuduh mereka telah berdusta atas nama Islam. Para orientalis itu berupaya mencabut akar keislaman umat Islam sehingga dapat murtad, kalaupun tidak bisa secara fisik, maka secara batin dan pemikiran sudah cukup bagi mereka. Sehingga kemudian umat Islam tidak memiliki akidah yang kuat, mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, munculnya benih-benih ateisme dalam umat Islam, dan sebagainya.
Apa kurangnya para orientalis itu dalam mempelajari Islam? Tapi hati mereka yang busuk, kedengkian dan kebencian mereka yang mendalam tentang Islam, menghalangi mereka dari menerima Islam sebagai kebenaran. Mereka seperti Abu Jahal dan Abu Lahab; mengakui kebenaran Islam tetapi tidak mau beriman kepadanya. Hal ini terlihat dari pujian-pujian mereka terhadap Islam. Pujian-pujian itu tidak sanggup mereka bendung lagi dari hati dan pikiran mereka sehingga tertulis dalam buku-buku mereka. Mereka berusaha untuk tidak mengatakannya tetapi mereka tidak kuasa karena pada hakikatnya Islam mulai dari hulu sampai hilir adalah kebaikan dan kebenaran. Sekuat tenaga mereka menyembunyikan hal itu, tetapi mereka tidak bisa.
Hal ini terekam dalam buku "Al-Qur'an Kitab Zaman Kita" karya Syaikh Muhammad Al-Ghazali: Dalam penilaian saya, jika bukan karena penganut Masehi (Kristen) tidak menghendaki mengambil hukum Islam, sudah pasti mereka akan mengharamkan minuman keras. Sebab pada kenyataannya, minuman keras banyak dijauhi kaum intelektual di kebanyakan negara, atau paling tidak mereka mempunyai undang-undang yang melarang seseorang meminum minuman keras ketika sedang mengendarai kendaraan bermotor. Mereka mengetahui bahwa kebanyakan kecelakaan di jalanan disebabkan pengemudinya mabuk; peristiwa kriminal dan tingkah laku destruktif lainnya berawal dari mabuk; demikian juga dengan rusaknya alat-alat pabrik disebabkan oleh mabuk. Mereka sebenarnya menginginkan pengharaman minuman keras, tetapi mereka tidak suka mengambil hukum Islam. Seperti poligami, misalnya, mereka sebenarnya mengharapkan hal itu diperbolehkan di kalangan mereka. Tetapi, kebencian mereka terhadap Islamlah yang menjadikan bangsa Eropa (barat -pen) menolaknya.
Apa yang dikatakan Syaikh Muhammad Al-Ghazali, sebelumnya juga terekam dalam benak seorang ilmuwan Barat yang kemudian masuk Islam, yaitu Muhammad Asad, yang beliau tulis dalam mukadimah bukunya yang berjudul "Road To Mecca". Ternyata apa yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy setali tiga uang dengan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Barat. Hal ini menunjukkan karakter asli orang-orang kafir yang kemudian diabadikan oleh ayat-ayat Al-Qur'an, seperti yang disebutkan dalam ayatnya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan
kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka
berkata 'Kami beriman', dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung
jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): 'Matilah kamu karena kemarahanmu itu.' Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi
hati." (QS. Ali Imran: 119)
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka..." (QS. Al-Baqarah: 120)
Yang menjadi pertanyaan, apakah akal dan hati kita juga dipenuhi hal yang sama dengan isi akal dan hati orang-orang kafir dan munafik itu? Bila hingga sekarang kita belum mendapat hidayah Al-Qur'an, merasakan manisnya iman dan lezatnya ibadah, mungkin disebabkan oleh akal dan hati kita dipenuhi dengan prasangka yang buruk tentang Al-Qur'an, Allah, Rasul-Nya, dan Islam secara keseluruhan. Untuk mereguk kebaikan-kebaikan Al-Qur'an, maka tidak lain adalah membuka akal dan hati kita untuk beriman kepada Al-Qur'an secara utuh dan penuh; membaca, merenungkannya, dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar