يَآأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ {1} قُمِ الَّيْلَ إِلاَّ قَلِيلاً {2} نِّصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً {3} أَوْزِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلاً {4} إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقِيلاً {5} إِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلاً {6} إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلاً {7} وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلاً {8} رَّبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلاً
“Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (QS. al-Muzzamil: 1-9).
Sahabatku, bagi orang-orang yang belum terbiasa shalat tahajud, pasti sangat berat untuk melaksanakannya. Hawa nafsu bertolak belakang dengan keinginannya dalam beramal. Di satu sisi kita ingin beramal, namun hawa nafsu yang ada dalam diri kita memberontak untuk melakukannya. Jadilah keduanya bertarung, hingga salah satu di antara keduanya keluar sebagai pemenang. Tapi, itulah awal dari perjuangan (mujahadah) yang kemudian akan berbuah manis dan lezat. Banyak sekali keutamaan di seputar shalat tahajud dan semua itu akan kita peroleh dengan pasti. Di antara keutamaan-keutamaannya antara lain: Wajah bercahaya, tubuh menjadi lebih sehat, semangat kita dalam beramal semakin tumbuh, kedekatan kita kepada Allah semakin kuat, rasa khusyu kita semakin mantap, diri kita semakin enggan berbuat maksiat, Allah menempatkan kita pada derajat orang yang terpuji, amal saleh yang dilakukan oleh para Nabi dan orang-orang saleh, dan pahala Allah yang sangat besar.
Sahabatku, seperti yang aku sampaikan tadi, amal ini sangat besar nilainya di sisi Allah. Amal ini adalah amal perjuangan seorang mukmin sejati. Ketika orang-orang sedang terlelap tidur, kita tengah asyik bermunajat kepada-Nya, memohon ampunan dan keridhaan-Nya. Al-Ustadz Sayyid Quthb Rahimahullah pernah berkata ketika mengomentari ayat yang berbunyi تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ “lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka” (QS. as-Sajdah: 16), “Tergambarlah ranjang di malam hari menyuruh lambung untuk tidur, istirahat, dan menikmati tidur. Tapi, lambung tidak memenuhi ajakan itu, kendati harus mencurahkan segenap tenaga untuk melawan godaan ranjang yang menarik, sebab lambung punya kesibukan yang membuatnya lupa ranjang empuk dan tidur nyenyak. Ya, lambung sibuk dengan Tuhannya dan berdiri di depan-Nya.” (Syaikh Abdul Hamid al-Bilali, Taujih Ruhiyah Jil. 2, hlm. 58-59, an-Nadwah).
Alangkah indahnya kata-kata Sayyid Quthb di atas, “Ya, lambung sibuk dengan Tuhannya dan berdiri di depan-Nya.” Sibuk dengan mengingat-Nya dan berdiri di depan-Nya dengan tangan terbuka mengharap belas kasihan; airmata bercucuran dan jiwa bergetaran. Inilah sebuah keasyikan yang tiada taranya, lebih asyik daripada menikmati segala isi dunia. Keasyikan inilah yang membuat orang-orang saleh sangat enggan melepaskan diri darinya. Bahkan, mereka akan sangat bersedih karena ada suatu malam yang berlalu tanpanya. Inilah rahasia mengapa mereka menjadikan tahajud bagian dari kebutuhan hidup mereka, seperti halnya makan, minum, dan beristirahat.
Semoga Allah memberikan limpahan karunia kepada kita, agar kita turut serta dalam kafilah orang-orang yang bertahajud ini. Amin ya Rabbal alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar