Mari kita renungkan sebuah perjalanan sejarah. Yaitu sejarah kehidupan seorang mujahid yang telah syahid, Marwan Hadid. Beliau dilahirkan di Suriah dan berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Pada awalnya beliau adalah seorang pemuda yang senang berhura-hura, bersikap permisif, dan cenderung kekiri-kirian.
Pemikiran dan kepribadiannya berubah sejak beliau kuliah di Mesir. Di sana beliau banyak bersentuhan dengan aktivis dakwah terutama dari Jamaah Ikhwanul Muslimin. Sejak bergaul dengan Jamaah Ikhwan, intensitas ibadah dan kepeduliannya pada permasalahan kaum muslimin semakin tinggi. Beliau menjalankan yang fardhu dan banyak mengamalkan yang sunah. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai seorang ahli bela diri (karate) yang handal. Tubuhnya atletis dan senantiasa bugar. Hatinya bersih dan otaknya cerdas.
Salah satu ciri khas yang dikenal masyarakat terhadapnya adalah, ada bekas sujud dikeningnya. Tanda itu disebabkan beliau banyak bersujud. Dan jika bersujud, sangat lama sekali. Sehingga istilah “Sujud Marwan Hadid” menjadi populer ditengah masyarakat Syiria. Jika ada pemuda yang melakukan hal yang serupa, orang-orang akan berkata kepadanya, “Engkau telah melakukan sujud Marwan Hadid.”
Sujud menyimpan kandungan hikmah yang besar. Allah tidak memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, kecuali sesuatu itu bermanfaat bagi kita. Sujud adalah lambang penghambaan yang dicipta (makhluq) kepada yang mencipta (khaliq). Lambang penghormatan yang tinggi pada Zat yang ada dihadapannya. Dengannya, seorang hamba akan semakin dekat kepada Tuhannya. Karena Allah akan semakin dekat dengan hamba yang menyadari kekurangan dan kehinaan diri. Sebaliknya, Allah akan menjauh pada hamba-Nya yang sombong dan angkuh. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. pernah bersabda, Allah murka kepada hamba yang tidak mau berdoa kepada-Nya. Karena hamba tersebut telah sombong. Padahal Allah-lah yang mencukupi kebutuhan hidupnya dan memberinya banyak kenikmatan. Apalagi jika hamba tersebut tidak mau bersujud, Allah jauh lebih murka kepadanya.
Allah Swt. berfirman:
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ
“Muhammad ialah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya itu keras pada orang kafir dan berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka dari bekas sujud.” (QS. Fath: 29).
Ibnu Abbas Ra. berkata, “سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم (tanda-tanda mereka tampak di wajah mereka), maksudnya tanda yang baik.” Mujahid berkata, “Maksudnya kekhusyuan dan tawadhu.” As-Sa’di berkata, “Shalat memperindah wajah mereka.” Sebagian ulama berkata, “Sesungguhnya kebaikan itu cahaya di hati, sinar di wajah, rezeki yang banyak, dan dicintai hati manusia.”
Demikianlah pengaruh sujud, yaitu memberi efek yang baik bagi pelakunya. Perbanyaklah dan berlama-lamalah dalam sujud kepada-Nya. Isi didalamnya dengan doa, dzikir, dan tangis penyesalan. Niscaya hati yang keras menjadi lunak. Diri yang angkuh menjadi tawadhu. Duka menjadi kegembiraan. Kegelisahan menjadi ketenangan. Dan doa-doa kita, Insya Allah, dikabulkan-Nya. Sebagaimana Marwan Hadid mendapat anugerah yang mulia, yaitu mati syahid dijalan-Nya. Sesuatu yang selalu diidam-idamkannya selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar