Jadilah penulis yang menulis dengan sejujur-jujurnya atas apa yang Anda rasakan. Karena, hal itu akan memberikan Anda kepuasan batin melebihi jika Anda mendapatkan imbalan materi.
Janganlah Anda menulis dengan berusaha keras menjadi orang lain. Menulis dengan cara seperti itu hanya menjadi siksaan dan beban bagi Anda. Anda hanya merasakan rasa lelah. Jadilah diri Anda sendiri. Menulislah dengan gaya Anda sendiri. Allah telah memberikan kelebihan kepada Anda yang tidak dimiliki oleh orang lain, jika Anda tidak menggunakannya secara maksimal, berarti Anda tidak atau kurang mensyukuri nikmat-Nya itu.
Janganlah Anda menulis dengan berusaha keras menjadi orang lain. Menulis dengan cara seperti itu hanya menjadi siksaan dan beban bagi Anda. Anda hanya merasakan rasa lelah. Jadilah diri Anda sendiri. Menulislah dengan gaya Anda sendiri. Allah telah memberikan kelebihan kepada Anda yang tidak dimiliki oleh orang lain, jika Anda tidak menggunakannya secara maksimal, berarti Anda tidak atau kurang mensyukuri nikmat-Nya itu.
Dr. Aidh al-Qarni menulis buku La Tahzan ketika berada di dalam penjara. Gayanya dalam menulis mungkin saja seperti Imam Ibnu al-Jauzy, tapi tetap saja gayanya baru, yang tidak pernah akan ada sebelum dan sesudahnya. La Tahzan adalah pantulan dari jiwa sang penulisnya sendiri. Banyak orang menilai bahwa buku itu akan menjadi klasik. Sesuatu yang klasik tentu akan dikenang sepanjang masa, seperti halnya Imam al-Ghazali dengan Ihya Ulumuddin, Ibnu A’thaillah dengan al-Hikam, Yusuf al-Qaradhawi dengan Fikih Zakat dan Halal & Haram, dan sebagainya.
Begitupun dengan gaya menulisnya Sayyid Quthb yang telah menulis Tafsir Fizhilalil Quran ketika berada di dalam penjara, karyanya itu adalah pantulan jiwanya sendiri, bukan jiwa orang lain. Sebelumnya belum pernah ada karya seperti itu, yang memadukan segi sastra, pergerakan, dakwah, dan agama. Metode dan gayanya dalam menafsirkan ayat al-Quran banyak dipuji dan ditiru orang, padahal karya itu lahir ditengah himpitan penjara, bukan ditengah suasana aman. Lahir ditengah sangat minimnya buku, bukan ditengah perpustakaan yang memiliki koleksi ribuan buku.
Atau sebut saja karya Buya HAMKA seperti Tafsir al-Azhar yang sebagian besar ditulis ketika beliau di dalam penjara. Belum pernah ada sebelumnya kitab tafsir seperti itu. Para orientalis menyebutkan bahwa tafsir al-Azhar adalah tafsir terbaik di Indonesia.
Jika Anda tidak menulis dari apa yang Anda rasakan sendiri, tulisan Anda akan kering dan kemungkinan akan tidak dibaca orang. Saya selalu merasa yakin dengan teori saya ini. Pada umumnya karya-karya best seller ditulis dengan kekuatan hati penulisnya, bukan semata banyaknya ilmu yang dia miliki. Jika Anda memiliki ilmu yang banyak, itu bagus. Tetapi, tidak memiliki kekuatan hati, itu sangat buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar