Dari Abu Hurairah Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Perbaharuilah iman kalian.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana cara memperbaharui iman kami, ya Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda, “Perbanyaklah ucapan La ilahaillallah.” (HR. Bukhari).
Sahabatku, iman adalah barang berharga yang sangat bernilai. Dengan adanya iman di dalam hati, semangat kita dalam beramal saleh akan meningkat dan kita akan semakin enggan berbuat maksiat. Iman yang kuat seperti pohon yang akarnya menghujam ke dasar bumi, tak tergoyahkan dan tak terkalahkan oleh berbagai bentuk godaan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa iman akan menjadi lemah seperti pakaian menjadi kotor. Yang dimaksud iman menjadi lemah adalah perbuatan maksiat dan kemungkaran, menyebabkan cahaya iman akan melemah. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits, apabila seseorang melakukan maksiat maka timbullah di hatinya titik hitam. Jika ia bertobat, maka titik hitam itu akan hilang. Jika tidak, maka titik hitam itu akan terus melekat. Kemudian jika ia melakukan perbuatan dosa lagi maka titik hitam itu akan bertambah, demikian seterusnya hingga hatinya menjadi hitam dan berkarat. Kemudian keadaan hati berubah sama sekali sehingga perkataan-perkataan yang benar tidak diterima dan tidak berkesan baginya.
Sayyid Quthb dalam tafsir Fizhilal mengatakan bahwa iman dan amal saleh tidak bisa dipisahkan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang beramal saleh. Apabila tidak beramal, maka keimanan itu tidak ada atau sangat lemah pada dirinya. Sayyid Quthb mendasari pemikirannya dari surat al-Ashr yang berbunyi, “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.”
Keimanan akan tumbuh dalam hati orang-orang yang taat dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan, orang-orang yang taat akan memiliki iman yang kokoh. Keduanya saling memberi dan menguatkan. Orang-orang yang berbuat maksiat sangat jauh dari ketaatan karena iman mereka sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Iman itu kadang naik kadang turun. Sifat fluktuatif inilah, hendaknya kita mewaspadai turunnya iman. Jika tidak segera mewaspadainya, niscaya kita akan terjerumus pada kemaksiatan. Dan, salah satu cara untuk memperbaharui iman adalah dengan membaca kalimat thayyibah (La ilahaillallah) sebanyak-banyaknya.
Mengapa harus membaca kalimat thayyibah, bukan kalimat atau dzikir yang lainnya? Syaikh Zakariyya al-Kandhalawi dalam kitabnya yang masyhur – Fadhail Amal – mengatakan, “Karena kalimat thayyibah merupakan sumber agama dan pokok keimanan. Semakin banyak menyebut kalimat ini, maka akan semakin kuat dan lebih kukuh lagi atas keimanan itu. Ada tidaknya keimanan seseorang tergantung kepada kalimat ini, bahkan wujud dunia ini pun tergantung pada wujud kalimat ini.”
Sementara itu, Syaikh Abu Laits as-Samarqandi dalam kitabnya, Tanbihul Ghafilin, mengatakan, “Seharusnya setiap orang mengucapkan La ilahaillallah sebanyak-banyaknya dan berdoa kepada Allah agar imannya tetap terjaga dan menjauhkan diri dari segala dosa, karena sebagian orang yang dicabut keimanannya adalah disebabkan dosa-dosanya, sehingga ia meninggal dunia dalam keadaan kafir. Lebih tragis lagi, ada sebagian orang yang di dunia tercatat sebagai orang Islam, tetapi di akhirat dia digolongkan bersama orang-orang kafir. Hal ini disebabkan banyaknya dosa dan perbuatan haram yang dilakukannya secara sembunyi. Misalnya, banyak orang yang diamanahkan harta oleh orang lain, tetapi ia menganggap harta itu sebagai miliknya sendiri. Ia berkompromi dengan hatinya untuk menggunakan dahulu harta itu dan suatu saat nanti akan dikembalikan atau minta dihalalkan kepada pemiliknya. Tetapi belum sempat hal itu dilakukan, ajal sudah datang menjemput. Banyak pula orang yang terlanjur menceraikan istrinya, tetapi sewaktu-waktu mereka masih melakukan hubungan intim. Mereka belum sempat bertobat, ajal sudah datang menjemput. Dalam keadaan demikian, iman pun dicabut dari mereka.”
Inilah salah satu keistimewaan kalimat La ilahaillallah. La ilahaillallah bermakna tiada ilah selain Allah. Ilah yang dimaksud adalah yang disembah, dipuja, ditakuti, dan dicintai. Ketika kita membaca kalimat ini, maka resapkanlah ke dalam hati bahwa Allah adalah satu-satunya Ilah yang disembah, dipuja, ditakuti, dan dicintai. Ketika kita sudah meresapkannya, berarti kita telah mengumandangkan kemerdekaan sebagai seorang hamba; lepas dari perbudakan terhadap setan dan hawa nafsu. Kita beribadah hanya kepada Allah semata. Setelah itu yang akan kita rasakan adalah bersinarnya iman dalam hati, bertambahnya ketakwaan kepada Allah, ketenteraman hati, dan kekhusyuan jiwa dan pikiran.
Assalamu'alaikum
BalasHapusMhn maaf izin share ya
Terimakasih.
Assalamualaikum, asif jiddan, tumpang tanya. betul kah hadis ini
BalasHapusDari Abu Hurairah Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Perbaharuilah iman kalian.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana cara memperbaharui iman kami, ya Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda, “Perbanyaklah ucapan La ilahaillallah.” (HR. Bukhari).
di riwayatkan oleh Bukhari?