Ibnu Mas’ud Ra. berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya, seakan-akan dia sedang berada di kaki gunung. Ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Sedangkan, orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang terbang di depan hidungnya. Lalu, ia berkata, ‘Cukuplah begini saja!’ (maksudnya cukup dengan menepiskan tangannya).”
Sahabatku, demikianlah seorang mukmin memandang dosa-dosa. Sekalipun dosa kecil, ia tidak meremehkannya. Bahkan dosa ibarat gunung yang akan menimpanya. Sedangkan bagi orang yang gemar berbuat maksiat, dosa itu sangat remeh meskipun ia sangat besar.
Alangkah bermaknanya perkataan al-Muhib ath-Thabari ketika mengomentari hadits di atas. Beliau berkata, “Ia (orang mukmin) merasa yakin akan dosanya dan bukannya yakin terhadap kepastian bahwa ia akan mendapatkan ampunan-Nya.”
Sahabatku, bayangkanlah olehmu, setiap kali engkau ingin berbuat dosa, sebuah gunung akan jatuh menimpamu. Akibat dari dosa jauh lebih menyakitkan daripada kesabaranmu dalam menjauhi maksiat. Pada awal mulanya memperturutkan hawa nafsu terasa nikmat dan menyenangkan, namun berakhir pada penderitaan yang menyakitkan dan berkepanjangan. Pada awal mulanya menjauhi maksiat terasa berat, namun berakhir pada kebahagiaan dan manisnya iman.
Lihatlah dengan mata kepalamu sendiri, bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat dosa. Bagaimana mereka mendapat azab dari Allah, di penjara, atau mendapat penyakit yang mengerikan. Sejarah mereka begitu kelam, hidup mereka bagaikan binatang, dan kematian mereka begitu menggenaskan. Lihat juga bagaimana kesudahan orang-orang yang bertakwa, mereka hidup bahagia dunia dan akhirat. Renungkanlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar