Saya pernah menulis sebuah artikel yang berjudul “Akhlak Sebagai Gambaran Batin.” Menurut saya, akhlak yang tampak diluar atau dapat dilihat orang adalah wujud dari apa yang tersembunyi dalam diri kita. Kenyataan ini juga sesuai dengan apa yang telah ditulis dalam buku Hujjatullah Balighah karya Syah Waliyullah ad-Dahlawi. Teori saya ini ternyata sejalan dengan pemikiran yang tertuang dalam buku yang terkenal itu. Dalam bukunya itu, Syah telah menulis dua bab khusus yang membahas masalah ini, yaitu “Keterkaitan Perbuatan dengan Jiwa dan Keadaan Jiwa sebagai Pemikul Tanggung Jawab atas Perbuatan itu” dan “Hubungan Antara Perbuatan dan Sikap-Sikap Psikologis”. Syah menulis, perbuatan-perbuatan merupakan penampakan lahir dari sikap psikologis dan penggambaran darinya, sekaligus merupakan jalan untuk mengetahui keadaan jiwa.
Teori ini ternyata didukung oleh penemuan ilmiah dalam bidang psikologi dan kedokteran modern. Salah satu penelitian mutakhir tentang hal ini adalah apa yang ditulis oleh John Kord Lageman dalam buku Mind Power. Lageman menulis, kata atau kumpulan kata yang muncul secara berulang-ulang merupakan salah satu isyarat paling meyakinkan tentang siapa atau apa yang ada dalam benak seseorang. Lageman memberikan contohnya, sebagai orangtua, Anda dapat dengan mudah mengetahui mana di antara teman laki-laki anak perempuan Anda yang sedang menjadi favoritnya – kadang-kadang sebelum gadis itu sendiri benar-benar menyadarinya – dengan cara menghitung berapa kali nama itu disebut.
Setelah saya mendalaminya dengan seksama, menurut saya teori ini adalah kebenaran yang tidak bisa dibantah lagi. Saya pun berpikir tentang hal-hal yang bisa aku perbaiki dari apa yang ada dalam diri saya, karena hal itu sangat menentukan apa-apa yang akan saya lakukan di luar sana. Jika batin/ hati saya buruk, kotor, dan keras, maka pengaruhnya akan terlihat pada perilaku saya yang buruk pula. Sebaliknya jika batin/ hati saya lurus, baik, dan bersih, maka pengaruh positif juga akan terlihat pada perilaku saya. Saya jadi teringat dengan syair nasyid yang sering dibawakan Aa Gym yang berbunyi, “Jagalah hati jangan kau kotori. Jagalah hati lentera hidup ini.”
Menurut saya, Aa Gym, dalam menciptakan syair ini, mungkin terinspirasi dengan hadits yang menyebutkan bahwa hati adalah pusat gerak dari organ-organ tubuh yang ada pada diri kita. Hati dapat diibaratkan seorang raja yang memiliki balatentara. Apabila raja itu menyuruh A, maka otomatis balatentara itu melakukan A. Begitupun apabila sang raja menyuruh melakukan B, C, atau D, maka otomatis balatentaranya akan melakukan apa yang diperintahkan rajanya itu.
Saya merasa wawasan saya tentang masalah yang saya bahas ini sangat bermanfaat bagi perjalanan hidup saya dan kebanyakan orang. Karena, akhlak mulia sudah seharusnya menjadi bagian integral pada diri seorang muslim yang ingin hidupnya selamat di dunia dan akhirat. Bukankah Rasulullah Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia? Dan, bukankah seorang yang sedikit beribadah (sunah) tapi berakhlak baik lebih baik daripada seorang yang banyak beribadah (sunah) tapi akhlaknya buruk? Ibadah yang sedikit itu ternyata memiliki kualitas yang tinggi, sehingga menghasilkan energi kebaikan yang tinggi pula. Sedangkan yang satunya lagi, ibadah yang dilakukan banyak tetapi kualitasnya sangat rendah, sehingga menghasilkan energi kebaikan yang sangat rendah pula dan akibatnya bisa tergantikan oleh energi kejelekan yang posisinya jauh lebih besar. Renungkanlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar