Diriwayatkan dalam sebuah hadits, keledai Nabi Saw. terjatuh, lalu salah seorang sahabat berkata, “Celakalah setan!” Lalu Nabi bersabda, “Janganlah kau katakan, ‘Celakalah setan’. Sebab bila kamu mengatakannya maka setan akan menjadi semakin besar tubuhnya dan mengatakan, ‘Dengan kekuatanku, aku akan mengalahkannya.’ Namun apabila kamu mengatakan bismillah maka dia akan mengecil sehingga menjadi sekecil lalat.” (HR. Ahmad).
Sahabatku, hadits di atas menjadi dalil bahwa hati ini bilamana berdzikir kepada Allah maka setan akan mengecil dan kalah. Namun bila tidak berdzikir, maka setan akan menjadi besar dan menang.
Berdzikir kepada Allah bisa dengan berbagai bentuk dan bisa dilakukan kapan saja. Dalam hal bentuk, misalnya, dengan melakukan shalat, menyebut asma Allah, membaca al-Quran dan ibadah-ibadah lainnya. Karena pada intinya, ibadah adalah dzikir kepada Allah.
Dengan tekunnya kita beribadah, itu sudah menunjukkan kedekatan kita kepada Allah dan kecilnya pengaruh setan pada hati kita. Karena setan tidak mungkin rela jika manusia banyak mengingat-Nya.
Apabila pengaruh Allah kuat pada diri kita, setiap kata dan tindakan kita takkan jauh dari ajaran-ajaran-Nya. Mata kita yang mengingat Allah adalah mata yang senantiasa melihat kebesaran-Nya dan menjauhi segala pemandangan yang diharamkan-Nya. Mulut yang mengingat Allah adalah mulut yang rajin menyebut asma-Nya, membaca ayat-ayat-Nya, dan terjaga dari perkataan yang sia-sia. Begitupun dengan anggota tubuh yang lain, semua tunduk pada aturan Allah.
Jadikan setiap aktivitasmu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ingatlah Allah dikala senang, niscaya Allah akan mengingatmu dikala susah.
Seorang ulama bernama Abu Said al-Kharraz adalah seorang tukang pintal. Setiap kali memintal, dia berdzikir menyebut asma-Nya. Tak ada yang luput dari dzikrullah sekalipun sedang bekerja. Sebelum dan sesudah tidur, ingatlah Allah! Ketika ada waktu luang, ingatlah Allah! Dikala kamu sedang naik kendaraan, ingatlah Allah! Ingatlah Allah di mana kamu berada, baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.
Jika seorang petani berdzikir setiap kali mencangkul dan membajak sawah; jika seorang ilmuwan berdzikir saat melakukan penelitian; jika seorang pelajar berdzikir sebelum dan sesudah belajar, tentu hati ini akan merasakan kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan. Allah akan mengarahkan kita pada jalan keselamatan (ihdinash shirothol mustaqim). Allah akan mengingat kita di saat kita banyak mengingat-Nya. Mengapa tidak? Sedangkan Dia Maha Melihat lagi Maha Mendengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar