Al-Quran dan as-Sunnah ibarat bahtera Nabi Nuh. Barangsiapa yang menaikinya, maka ia akan selamat. Dan barangsiapa yang tidak mau menaikinya, maka ia akan binasa, seperti Qanaan putera Nabi Nuh As. yang binasa karena menolak ajakan Nuh As. untuk menaiki kapalnya. Dia beranggapan bahwa dengan naik ke gunung, ia akan selamat dari banjir bandang. Padahal tidak ada yang selamat pada saat itu kecuali yang menaiki bahtera Nabi Nuh.
Tidak ada yang luput dari azab Allah bagi mereka yang ingkar kepada al-Quran dan as-Sunnah. Akan terlihat perbedaan yang sangat jelas antara para penentang dengan para pendukungnya, baik akhlak, cara berpikir, kematiannya hingga posisinya di hari kiamat nanti.
Lihatlah akhlak dan akhir kesudahan Nabi Saw. dan orang yang menentang dakwahnya, Abu Lahab. Lihatlah akhlak dan akhir kesudahan Said bin Jubair dan orang yang memenggal lehernya, al-Hajjaj. Lihatlah akhlak dan akhir kesudahan Imam Ahmad dan orang yang menyiksanya, Ahmad Abu Duad. Lihatlah juga akhlak dan akhir kesudahan Sayyid Quthb dan orang yang menggantungnya, Gamal Abdun Naser.
Sungguh telah nyata perbedaannya antara orang yang hidup dengan orang yang mati. Begitu juga dengan orang yang melihat dengan orang yang buta; orang yang pandai dengan orang yang bodoh; orang yang mendengar dengan orang yang tuli. Jatidiri mukmin itu berbeda dari kebanyakan manusia. Dan jika seorang mukmin tidak memiliki perbedaan itu, maka janganlah ia disebut sebagai seorang mukmin.
Semua jalan tertutup bagi manusia selain orang yang mengikuti jejak Rasulullah Saw.. Orang yang tidak mengenal Allah sesungguhnya adalah orang yang buta, karena seluruh khazanah ilmu pengetahuan ada di sisi Allah dan bukan pada selain-Nya. وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلاَّ عِندَنَا خَزَآئِنُهُ وَمَانُنَزِّلُهُ إِلاَّ بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.” (QS. al-Hijr: 21)
Al-Quran dan as-Sunnah adalah timbangan untuk melakukan segala sesuatu. Barangsiapa yang tidak menimbang perbuatan dan keadaannya di setiap waktu dengan al-Quran dan as-Sunnah, tidak mencurigai apa yang terlintas disanubarinya, maka tidak dianggap para pemimpin. Siapa yang mengerjakan suatu amal tanpa mengikuti al-Quran dan as-Sunnah, maka amalnya batil.
Abu Yazid al-Bistami pernah berkata, “Jika kalian melihat seseorang yang diberi karomah, sehingga dia dapat terbang di angkasa, maka janganlah kalian terpedaya, hingga kalian tahu bagaiamana orang itu menempatkan dirinya pada perintah dan larangan, menjaga hukum dan melaksanakan syariat.”
Engkau tahu ada seseorang yang mengaku dirinya berilmu tapi moralnya bejat, kemudian dia mati karena kebejatannya, seperti yang terjadi pada diri Michael Faucoult. Engkau juga tahu ada seorang yang mengaku dirinya Nabi tapi akhlaknya sangat jauh dari sifat seorang Nabi. Dia hanyalah seorang Musailamah era modern dan kemudian mati karena terserang penyakit kolera, seperti yang terjadi pada diri Mirza Ghulam Ahmad. Engkau juga tahu ada seorang yang mengaku-ngaku dirinya pada suatu saat sebagai Jibril, pada saat yang lain sebagai Imam Mahdi, pada saat yang lain lagi sebagai Nabi Isa. Kabarnya dia memiliki banyak karomah yang dia pertunjukkan pada para pengikutnya. Tapi dibawah mizan al-Quran dan as-Sunnah, apa yang dikatakannya hanyalah dusta dan omong kosong belaka.
Jika kita tidak memiliki al-Quran dan as-Sunnah maka kita tidak memiliki pegangan hidup. Dan tamatlah riwayat kita karena kita semua akan terjerumus pada jurang api neraka. Oleh karena itu, bersyukurlah dan berpegang teguhlah pada kedua, niscaya kita akan selamat di dunia dan di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar