Salah satu tanda kesuksesan besar seseorang adalah ketika dia mensyukuri kesuksesan-kesuksesan kecil yang sebelumnya diraihnya. Contoh teladan hal ini terlihat pada diri Rasulullah Saw.. Beliau tidak pernah menghentikan ibadahnya atau bahkan menguranginya walaupun ujian dan cobaan datang menghimpitnya. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan bahwa setiap kali mendapat ujian dan cobaan, beliau tingkatkan kuantitas ibadah. Sekecil apa pun perubahan ke arah positif yang terjadi di masyarakat, beliau selalu mensyukurinya. Beliau sangat berharap keimanan manusia dan sangat sedih dengan kekufuran mereka terhadap Allah. Sesungguhnya pertolongan itu dari Allah dan kemenangan pun dari Allah. Oleh karena itulah, kita mesti kembali kepada Sang pemilik pertolongan dan kemenangan, agar kita memperoleh keduanya.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah merupakan pertolongan Allah juga. Seandainya kita sangat lemah bergantung pada-Nya, kita akan menjadi orang yang tidak sabar dari datangnya pertolongan Allah. Di sisi lain, pengaruh itu akan berefek pada perilaku kita dalam meraih kesuksesan besar. Kesuksesan kecil itu ibarat tangga-tangga menuju kesuksesan besar. Saat tangga yang dibangun itu rapuh, otomatis jalan untuk meraih kesuksesan besar akan semakin sulit kita raih. Kalaupun bisa, kita sangat hati-hati agar tidak terjatuh ke bawah. Tentu saja hal ini membuat kesuksesan besar yang kita dambakan menjadi semakin lama kita raih.
Allah sangat mencintai orang-orang yang bersyukur dan bersabar untuk menunggu datangnya pertolongan-Nya. Karena sesungguhnya pertolongan itu bukan pertolongan yang sifatnya sementara, tetapi pertolongan yang kekal abadi. Pertolongan itu akan mengantarkan kita menuju kejayaan. Suka bersedekah pada saat senang, lebih-lebih pada saat susah membuktikan bahwa seorang hamba bersyukur dan bersabar akan datangnya pertolongan Allah. Ia tahu bahwa kelak Allah akan mengganti sedekahnya dengan jumlah yang jauh lebih besar.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi Rasulullah saat berhasil mengislamkan penduduk kota Madinah, dan juga mempersaudarakan mereka dengan para pendatang (muhajirin). Namun dalam hati Rasulullah tetap bersemayam cita-cita yang lebih besar dari itu, yaitu menaklukkan kota Mekkah. Sedikit demi sedikit kemenangan telah di raih. Peperangan demi peperangan dapat dimenangkan. Dakwah begitu gencar dilakukan. Sehingga kemudian Mekkah dapat ditaklukkan dengan tanpa pertumpahan darah. Dan kemudian penduduknya berbondong-bondong memeluk agama Islam. Sebelumnya suku-suku Arab menunda keislaman mereka hingga kota Mekkah dibebaskan. Mereka berkata, “Jika dia menang atas kaumnya maka dia benar seorang Nabi.” Setelah Nabi Saw. berhasil membebaskan Mekkah, mereka pun masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Kemudian turunlah ayat Allah yang berbunyi: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. an-Nashr [110]: 1-3).
Untuk menindaklanjuti pertolongan Allah, bukan dengan jalan pesta pora dijalanan atau melakukan sesuatu kegiatan yang tidak berguna, tetapi bertasbih, bertahmid dan beristighfar. Bertasbih karena kesucian-Nya tidak mungkin berbuat zalim kepada hamba-hamba-Nya, apalagi membiarkan hamba-hamba-Nya yang taat terus-menerus menderita. Sesungguhnya selepas kesulitan pasti akan datang kemudahan. Janji Allah ini terulang dua kali di dalam al-Quran, menunjukkan kemudahan (pertolongan) itu sangat dekat kepada mereka.
Kemudian Allah memerintahkan Nabi dan kaum muslimin bertahmid agar jiwa tidak merasa sombong, yaitu dengan mengembalikan puji-pujian, atas kemenangan yang mereka raih, kepada Allah Sang pemilik pujian itu. Hanya Allah-lah yang berhak di puji, karena Dia-lah yang telah menetapkan kemenangan itu kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Sedangkan makna istighfar adalah memohon ampun dari berbagai kondisi jiwa. Istighfar dari rasa bangga yang kadang bermunculan di hati atau menyelinap ke dalamnya akibat mabuk kemenangan sesudah perjuangan panjang dan akibat kesenangan memperoleh kemenangan sesudah penderitaan yang panjang. Ini merupakan celah masuk yang sulit dihindari dalam diri manusia.
Memohon ampun dari perasaan yang kadang bermunculan di hati atau menyelinap ke dalam hati pada saat perjuangan panjang, penderitaan yang berat, kesulitan yang menghimpit dan kesedihan yang memilukan seperti rasa sempit (sumpek) menghadapi kesulitan, rasa terlalu lama menunggu datangnya janji Allah, dan terguncang. Juga beristighfar dari kekurangan dalam memuji Allah dan mensyukuri-Nya. Karena upaya manusia, apa pun adanya, sangat lemah dan terbatas, sedangkan nikmat-nikmat Allah selalu melimpah ruah dan mengalir.
Sesungguhnya di dalam tasbih, tahmid, dan istighfar ada isyarat dan penyadaran kepada jiwa pada saat merasa bangga bahwa sesungguhnya ia senantiasa berada dalam kekurangan dan kelemahan. Sehingga ia harus segera melepas kesombongannya dan memohon ampunan kepada Tuhannya. Hal ini bisa mengekang berbagai rasa bangga dan keterpadayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar