Saya mempelajari beberapa kitab hadits. Diantaranya adalah Mukhtashar Shahih Bukhari karya Az-Zabidi, Mukhtashar Shahih Muslim karya Al-Mundziri, Fathul Bari karya Ibnu Hajar Asqalani, Asy-Syamail karya At-Tirmidzi, dan Muntakhab Ahadits karya Syaikh Maulana Yusuf al-Kandhalawi. Dengan mempelajari kelima kitab hadits tersebut, saya berharap dapat lebih dekat dengan pribadi Rasulullah Saw..
Saya merasakan pencerahan dan mendapat banyak manfaat dari membaca kitab-kitab hadits tersebut. Pengetahuan saya bertambah. Banyak hadits yang baru saya ketahui, padahal hadits-hadits itu ada di dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim, yang mana telah menjadi sumber hukum terpercaya setelah al-Quran. Inilah salahku! Batinku. Saya pikir, kenapa tidak sedari dulu saya mempelajarinya? Saya teringat dengan buku sejarah peradaban Islam yang pernah saya baca. Saya dapati di sana bahwa para ulama hingga ilmuwan kita sejak usia dini sudah diajari kitab-kitab hadits Nabi seperti Bukhari, Muslim, Ahmad, Malik, Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Hakim, Ibnu Hibban, Thabrani, dan lain sebagainya.
Tidak heran jika mereka menjadi sosok yang terpelajar dan beradab. Mereka adalah ilmuwan yang ulama, ulama yang ilmuwan, ulama yang ahli memanah, ilmuwan yang zuhud, ulama yang negarawan, dan sebagainya. Mereka adalah sosok yang integral. Mereka mempelajari ilmu hadits, fikih, tafsir, tasawuf, ushul fikih, sastra, hingga sains dan teknologi. Filsafat Islam bukan filsafat Yunani. Filsafat Islam berhasil memilah-milah mana yang sesuai dengan substansi Islam dan mana yang tidak. Sehingga kemudian terwujudlah metodologi filsafat yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Artinya, Islam berhasil mewarnai filsafat yang berkembang pada saat itu, bukan filsafat yang mewarnai Islam. Seperti ungkapan Sayyid Quthb, berbaurlah tapi jangan lebur. Berbaurlah dengan masyarakat yang berbeda keyakinan sekalipun, tapi jangan lebur mengikuti arus pemikirannya, kemana mereka melangkah kita juga ikut melangkah, karena kita punya prinsip yang harus kita pegang teguh. Dan tetaplah memegang teguh prinsip-prinsip itu. Karena yang menyelamatkan kita bukan karena mengikuti kemana mereka melangkah, tetapi yang menyelamatkan kita adalah dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang telah kita yakini.
Saya banyak membaca buku-buku selain buku-buku hadits, dan kadang tidak membuat saya puas sebelum merujuk kepada kitab sumbernya. Saya ingin membaca haditsnya langsung. Saya mencoba membukanya dengan pemahaman saya sendiri, dengan analisa saya sendiri. Ini adalah sebuah langkah untuk mengetes kemampuan saya sampai sejauh mana saya memahami sebuah hadits. Jika ternyata pandangan saya salah, maka saya akan meralatnya dan menggantinya dengan yang benar. Tapi jika pandangan saya benar, itu semua berkat karunia Allah semata.
Semoga Allah memberikan keberkahan kepada saya karena telah mempelajari hadits-hadits Nabi, sebagaimana Dia telah memberikannya ketika saya mempelajari ayat-ayat al-Quran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar