Manusia diciptakan Tuhan dengan paras dan tubuh beragam rupa. Di Jepang, orang-orangnya bertubuh pendek, bermata sipit dan berkulit putih. Di Cina, orang-orangnya berkulit kuning. Orang Barat dikenal dengan tubuhnya yang tinggi besar, bule, dan berhidung mancung. Allah menciptakan itu semua sesuai dengan tempat dan kebutuhannya masing-masing. Pasti ada hikmah dibalik setiap penciptaan makhluk-Nya itu. Apakah orang Barat yang rata-rata gagah dan tampan lebih baik daripada orang Asia yang berkulit sawo matang dan berhidung pesek? Sama sekali tidak! Ketampanan atau pun kecantikan hanya penampakan lahiriah semata. Allah tidak melihat rupa manusia, tapi yang Dia lihat adalah hati dan amal manusia. Karena yang menggerakan tubuh ini adalah hatinya. Apabila hati bersih (Qolbun Salim), niscaya akan menggerakan pemiliknya untuk berbuat kebaikan. Sebaliknya, jika hati ini kotor (Qolbun Maridh), pemiliknya hanya akan di ombang-ambing kesesatan. Betapa banyak orang-orang yang tampan namun berperilaku tercela!
Akal manusia berfungsi untuk menyerap informasi yang ia dapatkan. Sedangkan hati menandai bagian mana saja yang diperlukan untuk dirinya. Bagaimana jadinya jika penyaring (hati) itu kotor dan rusak? Sekalipun orang itu pintar, berhasil meraih gelar sarjana S1 hingga S3, terpandang di tengah masyarakat, tetapi jika kemudian penyaringnya rusak, maka segala informasi yang telah ia terima (baik dan buruk), ia telan bulat-bulat tanpa mau mengkritisinya dan menyaringnya. Akibatnya, berkumpullah di dalamnya haq dan batil. Orang seperti itu tidak pernah konsisten baik dalam ucapan maupun perbuatan. Kadang membenarkan yang salah dan kadang menyalahkan yang benar. Intinya, orang seperti ini tidak memiliki pegangan hidup yang jelas dan kokoh, jiwanya labil apabila dihantam “badai” pemikiran. Apabila manusia condong ke kanan, maka ia akan ikut condong ke kanan. Apabila condong ke kiri, ia pun akan ke kiri. Dia bekerja hanya menggunakan “otaknya” saja, yang menghitung segala sesuatunya secara logis-matematis-materialistis.
Allah tahu apa yang terjadi jika manusia melakukan keburukan atau pun kebaikan. Oleh karena itu, Allah bentangkan “tangan-Nya” dalam kasih. Allah tunjukkan jalan kepada manusia, melalui apa yang tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah, mana yang halal dan mana yang haram. Sehingga apabila manusia menempuh jalan itu, maka ia akan selamat. Allah sama sekali tidak berat sebelah bahwa si A yang profesor doktor akan lebih selamat daripada si B yang tukang kayu. Karena batasannya jelas, yaitu Al Quran dan As Sunnah. Gelar “profesor doktor” atau “tukang kayu” hanya bagian dari beragam rupa pekerjaan manusia di dunia ini. Jika si A menentang Al Quran dan As Sunnah, maka ia tidak akan selamat di dunia dan akhirat. Sebaliknya, si B akan selamat jika ia mengikuti jalan yang telah Allah tetapkan itu. Yang benar adalah benar. Dan yang sesat adalah sesat.
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)... (QS. Al-Hadid: 16)
Rabu, 18 April 2012
Yang Sesat adalah Sesat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar