“Stres emosi bisa menimbulkan penyakit sungguhan – perubahan-perubahan nyata pada unsur kimiawi dan struktur tubuh orang yang cukup normal. Dan fenomena ini secara mengagumkan adalah hal yang umum. Banyak spesialis yang sependapat bahwa gangguan-gangguan psikogenik (gangguan yang disebabkan emosi) menyebabkan sebagian besar orang berobat ke dokter.” (Patricia dan Ron Deutsch).
Sahabatku, mari kita lihat ke dalam diri kita, adakah penyakit yang kini melekat dalam jiwa kita. Mari kita mengintrospeksi diri agar kita mengetahui penyebab dari penyakit jiwa kita. Karena jika sudah mengetahuinya, akan menjadi lebih mudah menyembuhkannya.
Kita sendirilah yang melukai diri, dan kita sendirilah yang harus segera mengobatinya. Karena, kita sendirilah yang menentukan apakah kita ingin bahagia atau bersedih, lapang hati atau marah, sabar atau kecewa. Jika kita ingin bahagia, maka bahagialah kita. Jika kita ingin bersedih, maka kesedihan akan menghantui kita. Ketika orangtua kita marah kepada kita karena kesalahan yang kita perbuat, pilihan kita ada dua: marah atau berbaik sangka kepada mereka. Jika berbaik sangka, semuanya akan jadi lebih baik. Kita mengingat-ingat beribu-ribu kebaikan yang diberikan orangtua kita kepada diri kita. Selama sembilan bulan ibu mengandung kita, merawat kita hingga besar. Tak terperi rasanya bagaimana beliau melahirkan kita, pengorbanan beliau sungguh begitu besar! Belum lagi pengorbanan seorang ayah kepada kita. Siang-malam ia memikirkan kita, berusaha mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup kita. Apakah beribu-ribu kebaikan hilang dalam ingatan kita hanya karena satu kemarahan mereka?
Kita marah kepada orang-orang yang kita benci; marah karena suatu masalah sepele; marah ketika keinginan kita tidak terwujud. Kemarahan itu telah membakar diri kita. Kitalah yang menyulut apinya, kita juga yang membesarkannya, dan kita sendiri yang terkena api tersebut.
Kematian mendadak akibat penyakit psikogenik ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia. George Engel, M.D. dalam artikelnya berjudul “Dapatkah Emosi Anda Membunuh Anda” mengumpulkan 275 kasus di mana kematian umumnya terjadi selama beberapa menit atau beberapa jam setelah peristiwa besar dalam hidup seseorang. Sebagian besar, korban dianggap tidak sedang sakit pada waktu itu, jika sedang sakit tidak mendekati bahaya kematian.
Kematian mendadak dalam situasi ketegangan psikologis sama sekali tidak terbatas pada manusia. Para penjaga kebun binatang dan pemburu tahu bahwa binatang bisa mati setelah perkelahian atau saat tidak ada kemungkinan untuk melarikan diri, atau saat mereka dipindahkan ke tempat asing atau dihadapkan dengan stimulasi yang mendadak. Di dalam laboratorium, ketidakberaturan denyut jantung yang mematikan dapat terjadi ketika binatang ditempatkan dalam situasi yang tidak dapat mereka hadapi.
Perubahan-perubahan psikologis semacam itu bisa melibatkan dua sistem dasar yang digunakan manusia dan binatang dalam menghadapi keadaan darurat. Yang pertama disebut flight-fight mechanism, memobilisasi kekuatan-kekuatan tubuh untuk melakukan aktivitas gerakan cepat atau besar-besaran. Lainnya, conservation-withdrawal mechanism, mempersiapkan tubuh untuk berdiam diri dan tidak bereaksi, yang kadang dijadikan sebagai alat penolong saat binatang tidak dapat berbuat apa-apa dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengancam.
Keduanya biasanya berimbang dalam suatu hubungan timbal-balik, namun terkadang relasi timbal-balik antara sistem-sistem tersebut musnah pada situasi yang ekstrem atau bertentangan – sebagai contoh, ketika muncul ketidakpastian psikologis. Dan perubahan cepat dari suatu respon ke respon lain benar-benar bisa mempengaruhi fungsi jantung dan sirkulasi darah.
Apa yang ada dalam pikiran kita memberikan umpan balik terhadap kesehatan tubuh kita. Artinya, jika kita ingin sehat, maka pikiran kita juga harus sehat. Ini adalah resep jitu meraih kesehatan paripurna. Kesehatan jiwa harus lebih diutamakan ketimbang kesehatan fisik karena jiwa berhubungan dengan Allah dan fisik berhubungan dengan tanah. Orang yang terlihat gagah belum tentu kuat jiwanya. Mungkin saja orang itu kini tengah mengalami tekanan mental, namun ia berusaha menutupinya dengan kegagahan fisiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar