Mari kita simak dan renungkan tulisan ini. Mari berjalan bersama kafilah orang-orang yang ikhlas. Lihatlah, apakah disana kita temukan kehancuran, kelemahan, dan kesengsaraan hidup di dunia dan akhirat? Bandingkanlah dengan orang-orang yang mengharapkan pujian, sekedar pamer dan reputasi, di mana kini mereka berada? Dalam lembar sejarah mana mereka ditulis, dengan tinta emaskah atau mereka dilupakan begitu saja?
Dalam satu hari, melalui tangan Nabi Isa al-Masih, Allah menyembuhkan puluhan orang lumpuh, namun ia tidak mendengar sepatah kata terima kasih dari mereka. Apakah ia kemudian berhenti mengobati orang yang membutuhkan pertolongan? Sama sekali tidak! Sebab, ia melakukan semua itu ikhlas karena Allah Swt.
Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan panglima perang. Khalid diturunkan pangkatnya jadi prajurit biasa. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk komandan barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat ridha Allah Swt..
Jika an-Nakha’i membaca mushaf, lalu orang masuk menemuinya, kemudian ia menutupnya (mushaf tersebut dan berhenti membacanya).
Jika Ibnu Abi Layla shalat, kemudian ada orang masuk, ia tidur diranjangnya. Hasan al-Bashri berkata, “Jika menangis sedih, ia (Ibnu Abi Layla) menutupinya. Tetapi, jika khawatir ketahuan, ia bangun dan keluar dari majelis.”
Pantaslah bagi orang-orang yang ikhlas mendapat surga-Nya karena mereka lebih menyenangi akhirat yang kekal ketimbang dunia yang fana. Bagaimana mungkin orang yang ikhlas disamakan dengan para pencinta dunia? Keduanya ibarat emas permata dan batu-batu kerikil. Sungguh, kesudahan yang baik bagi mukhlisun dan penyesalan bagi pencinta dunia.
Pantaslah jika orang-orang yang ikhlas tak mampu digoda setan karena mereka mencurahkan segenap jiwanya hanya untuk Allah. Ketika hati telah dipenuhi keikhlasan, maka di dalamnya tidak ditemukan kebatilan. Seperti halnya botol kosong yang kemudian di isi air, maka tidak ada lagi ruang kosong. Begitulah jiwa yang telah diisi dengan keikhlasan, maka ia akan mewarnai kehidupan.
Keikhlasan itu membuat amal, meskipun sedikit, terasa nikmat dan berkah. Jangan pernah menunggu balasan dari sesama makhluk, melainkan dari Sang Pencipta semata. Dan jangan pernah berharap imbalan dari sesama manusia, melainkan dari Tuhan alam semesta. Hindari kesukaan menarik perhatian, karena bisa merapuhkan penampakan. Hindari pula kesukaan mengundang takjub dan pujian orang, karena mereka tidak akan selamanya demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar