Kamis, 12 April 2012

Mengubah Hinaan Menjadi Pujian

Sahabatku, mungkin engkau pernah menerima kritik pedas dari seseorang karena pekerjaan yang engkau lakukan kurang bagus. Atau mungkin engkau pernah mendapat kata-kata merendahkan dan melemahkan semangat dari orang-orang yang engkau cintai. Tampaknya hal itu hampir pasti terjadi pada diri kita. Cepat atau lambat, siapapun kita, akan mendapatkan hal semacam itu.

Tampaknya hampir mustahil kita akan selalu mendapat pujian dalam hidup ini, karena toh hasil karya kita tidaklah sempurna, kemampuan kita sangat terbatas, dan penilaian orang kadang berubah-ubah. Tapi setidaknya kita dapat melalui kritikan, hinaan, cacian itu dengan tanpa kegaduhan. Sehingga kemudian kita dapat bekerja dengan tenang dan kita dapat menghasilkan karya terbaik. Ibarat kuda yang dicambuk, tujuannya agar ia berlari dengan cepat. Begitupun dengan kata-kata kasar dan merendahkan itu, anggaplah ia seperti cambuk yang membuatmu semakin bersemangat dalam bekerja dan berkarya.

Hal ini pernah dialami oleh Donald Fink, Wakil Presiden Direktur Citicorp Private Bank. Dia berkata, “Saya dulu seorang anak kecil yang selalu punya ide-ide besar. Tapi orangtua saya begitu puas dengan menjadi orang biasa. Mereka selalu berkata pada saya, ‘Jangan terlalu memaksakan diri. Lakukanlah dengan santai.’ Apa yang dikatakan kepada saya walaupun tidak saya sadari pada waktu itu, adalah bahwa orang-orang yang paling saya cintai di dunia sebenarnya mengatakan bahwa saya tidak cukup bagus untuk mencapai tujuan saya. Kata-kata itu adalah motivator yang amat kuat untuk membuktikan bahwa mereka salah.”

Bagi Fink, sikap negatif merupakan bahan bakar yang tak terbatas. “Saya masuk ke dalamnya setiap waktu,” katanya. “Saya termotivasi oleh segala hal, termasuk uang dan penghargaan. Tapi saya paling termotivasi oleh orang-orang yang yakin dengan ketidakmampuan saya atas kemustahilan meraih tujuan saya. Orang-orang tersebut, yang biasanya membuat saya depresi, sekarang membuat saya berenergi. Mereka adalah bahan bakar untuk semangat saya.”

Seringkali orang yang dianggap lemah, pada suatu waktu bangkit dari kelemahannya. Bahkan ia berada di atas kita. Anggapan bahwa ia tidak bisa, itu berasal dari pemikiran kita, bukan pemikiran-nya. Di satu sisi, sikap merendahkan itu tidak terpuji, pada sisi lain, sikap itu justru membuat orang yang kita rendahkan semakin kuat. Inilah mengapa Allah dan Rasul-Nya melarang kita berlaku sombong pada orang lain, karena boleh jadi mereka yang kita rendahkan itu lebih dari kita. Ingatlah bahwa Allah telah memberikan bakat dan potensi pada diri setiap manusia. Jangan pernah menganggap remeh seseorang karena orang itu pasti memiliki kelebihan yang tidak Anda miliki.

Selamat atas mereka yang selalu berusaha menghargai hasil karya orang lain, sekecil apapun karya itu. Selamat atas mereka yang memberikan semangat, bukan melemahkan. Dan selamat pula atas mereka yang tidak kendur semangatnya untuk terus berkarya walaupun orang-orang disekitarnya menekan dan melemahkannya. Justru dengan adanya tekanan itu, ia semakin bersemangat. Ia melihat pada satu titik, tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri, di mana pada saat itu segala bentuk hinaan berubah menjadi pujian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar