Senin, 16 April 2012

Jangan Berbuat Maksiat Agar Anda Bisa Shalat Tahajud

Maksiat adalah bubuk racun yang mematikan hati. Semakin banyak bubuk yang mengenai hati, semakin pekat dan keras hati. Jika engkau merasakan kenikmatan dalam berbuat maksiat, sesungguhnya akibat buruk dari maksiat jauh lebih dahsyat.

Jika siangmu engkau padamkan dengan maksiat, engkau pun akan merasa berat dalam beramal saleh di malam hari. Dan jika malam engkau gunakan untuk berbuat maksiat, engkau akan merasakan malas dalam beribadah di waktu siang. Begitulah maksiat, ia seperti lingkaran setan. Barangsiapa memasukinya, berarti ia akan sulit berbuat kebaikan atau keluar darinya.

Sebaliknya jika engkau isi waktu siang dan malammu dengan amal saleh, waktu-waktumu selanjutnya adalah saat penuh ibadah. Engkau akan merasakan manis dan lezatnya ibadah. Bibirmu sering melafazkan dzikir. Atau sedang asyik membaca al-Quran. Atau dahimu sering menempel di atas sajadah. Airmatamu berlinang mengingat dosa-dosa dan hatimu pun semakin hidup dan bersemangat.

Jika engkau ingin dapat shalat tahajud, maka jauhilah berbuat maksiat dan beramal salehlah di waktu siang. Demikianlah salah satu nasehat para ulama bagi mereka yang ingin mengerjakan shalat tahajud.

Wahai saudaraku, berhati-hatilah dengan godaan setan yang terkutuk karena sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu, ia hanya melemparkanmu pada lembah dosa. Kenikmatan yang diberikan adalah rasa sakit yang berkepanjangan. Kekayaan yang ditawarkannya sesungguhnya adalah kemiskinan.

Wahai saudaraku, betapa banyak raja yang turun tahta, betapa banyak orang berilmu menjadi bodoh, betapa banyak orang kaya menjadi miskin, betapa banyak orang yang mulia menjadi hina, disebabkan oleh perbuatan dosa yang mereka lakukan.

Dosa itu seperti paku yang tertancap di kayu. Jika engkau cabut paku itu dari kayu, masih saja menyisakan bekas paku tersebut. Jika engkau banyak menancapkan paku maksiat ke kayu hatimu, bekasnya juga akan banyak. Itulah bahaya maksiat yang membawa pelakunya mengalami penderitaan demi penderitaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, janganlah engkau meremehkan dosa sekecil apa pun. Mohonlah petunjuk dan perlindungan dari-Nya, dan beristighfarlah dengan rasa sesal yang kuat.

Seorang mukmin ketika melihat dosa seperti melihat gajah. Sedangkan orang yang fasik melihat dosa seperti melihat seekor lalat yang merasa dapat menghalau dengan tangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar