Kamis, 19 April 2012

Tidak akan Sama Selamanya

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَآءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا اْلأَلْبَابِ

"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (QS. az-Zumar: 9).

Apakah sama orang yang dapat melihat dengan orang yang buta? Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh? Apakah sama orang yang beramal dengan orang yang berbuat maksiat? Apakah sama orang yang bertahajud dengan orang yang tertidur?

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini banyak terdapat di dalam ayat al-Quran. Pertanyaan seperti ini dikenal dengan istilah pertanyaan retoris atau pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena sudah pasti jawabannya. Pertanyaan seperti ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita dan menyindir kita bahwa sesungguhnya hasil dari kedua belah pihak akan jauh berbeda.

Ya, orang-orang yang malamnya beribadah, bertahajud, berzikir, akan jauh berbeda dengan orang-orang yang malamnya hanya diisi untuk tidur atau bahkan berbuat maksiat. Bagaimana bisa berbeda? Bukankah tahajud artinya cahaya dihati dan wajah? Bukankah dzikir artinya kehidupan? Bukankah tilawah artinya sebaik-baik mendekatkan diri kepada Allah? Bukankah maksiat hanya menggelapkan hati dan memperburuk akhlak?

Maka, tidak akan sama selama-lamanya antara ahlul haq dengan ahlul batil. Tidak akan sama selamanya ahli amal shaleh dengan ahli maksiat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar