Kamis, 12 April 2012

Zona Anti Maksiat

Maksiat merajalela di mana-mana. Bagi seorang mukmin, hal ini sungguh mengkhawatirkan dirinya. Perlu ada suatu kekuatan untuk menghadapinya. Maka, kekuatan itu harus timbul di dalam diri. Sehingga kekuatan itu dapat menghadapi setiap godaan yang datang dari luar. Berikut ini kiat-kiatnya. Semoga Allah senantiasa menjaga kita.

Berolah Raga
Berolah raga dapat menyehatkan badan, menambah vitalitas tubuh, meningkatkan kepercayaan diri, dan memberikan semangat juang yang tinggi. Jelas, hal-hal ini sangat tidak disukai syetan. Karena syetan menyukai kemalasan, kelemahan dan rasa minder. Rasulullah Saw telah bersabda: “Sesungguhnya tubuh mempunyai hak atas kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah Swt telah memuji Thalut dan mencalonkannya sebagai raja penguasa, dikarenakan kekuatan fisiknya dan intelektualitasnya. Allah Swt berfirman:

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمُُ


“Nabi mereka (Daud As) mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.’ Mereka menjawab: ‘Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?’ Nabi (mereka) berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’ Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah: 247).

Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai orang yang kuat secara fisik. Di dalam catatan sejarah disebutkan bahwa beliau berhasil mengalahkan pegulat tangguh dengan tiga kali bantingan! Beliau juga memerintahkan kaum muslimin agar mahir memanah, berenang dan berkuda, guna menopang jihad yang kelak mereka emban.

Imam Bukhari seorang pakar hadits terkemuka dikenal sangat ahli dalam olahraga panahan dan senantiasa menempati urutan teratas. Sehingga Imam Muhammad bin Abi Hatim berkomentar: “Selama aku bersahabat dengan Imam Bukhari, aku tidak pernah melihat bidikannya meleset sedikit pun dari sasaran, kecuali dua kali. Imam Bukhari dalam olahraga panahan belum pernah terkalahkan.” (As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah, Jilid II, hlm. 10).

Seorang muslim seharusnya memiliki jadwal olahraga minimal sekali setiap akhir pekan. Banyak olahraga yang bisa kita lakukan dan tidak memerlukan pelatih, misalnya lari, bersepeda, berenang, push up, dan sebagainya. Di samping itu sangat dianjurkan bagi setiap muslim untuk melakukan olah tubuh yang bersifat jihadi dan kejuangan, dan itu membutuhkan kecerdasan dan kekuatan fisik yang memadai, semisal karate, taekwondo, silat, judo, dan sebagainya.

Membaca
Buku adalah makanan bagi jiwa. Demikian Imam Ibnul Qayyim berkata. Memperbanyak membaca buku dapat memberikan pengetahuan bagi akal dan kekuatan ruhani bagi hati. Dengan banyak membaca, kata Imam Syafi’i, mendorong kita untuk lebih tekun beramal. Orang yang shalatnya benar dan khusyu, tentu orang yang tahu ilmu tentang shalat. Orang yang berjihad dengan jiwa raga dan hartanya tentu orang yang tahu ilmu tentang jihad.

Aktivitas membaca yang dilakukan seorang muslim, sangat tidak disukai syetan. Karena syetan menyukai kebodohan. Dengan kebodohan itulah manusia mudah ditipu syetan.

Allah Swt berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآإِلَهَ إِلاَّاللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah (berilmulah), bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad: 19).

Disini Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar terlebih dahulu menuntut ilmu, kemudian beramal dengan ilmu yang ia dapatkan. Karenanya ia akan melakukan langkah-langkah atas dasar pengetahuan yang benar dan di atas jalan yang jelas. Sehingga tidak bimbang dan tersesat di dalam suramnya kebodohan.

Menyukai aktivitas membaca adalah warisan berharga ulama-ulama shalih. Ia tidak akan pernah terhapuskan dari sejarah hidup manusia. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Kebutuhan manusia terhadap ilmu pengetahuan itu porsinya lebih besar daripada makan dan minum, karena orang membutuhkan makan dan minum dalam sehari hanya sekali atau sampai tiga kali, tetapi kebutuhan terhadap ilmu sebanyak bilangan tarikan nafasnya.” (Abdul Mun’im Shaleh, Tahdzib Madarij Ash Shalihiin, hlm. 485, cet. 1983).

Al kisah, seorang tabib datang mengobati Imam Al Anbari, ketika sakitnya sudah teramat kritis. Kemudian tabib itu memeriksa air seninya, lalu berkata: “Tuan telah melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun. Sebenarnya apa yang telah tuan lakukan?” Al Anbari menjawab: “Aku membaca setiap pekan sebanyak sepuluh ribu lembar.” (Washaaya wa Nasha’ih li Thalibil Ilmi, hlm. 55).

Begitulah Imam Al Anbari membaca setiap pekan sebanyak sepuluh ribu lembar!! Karenanya, hendaklah kaum muslimin melihat betapa tingginya semangat beliau dalam membaca dan menuntut ilmu. Dan orang yang sudah sampai pada tingkat sedemikian ini dalam membaca, sudah tentu ia akan mengorbankan banyak pekerjaan mubah, yang sering memakan waktu tanpa ada faedah yang dapat di petik. Dan siapapun yang meniti jalan ini, ia harus sanggup mengorbankan sebagian waktu yang ia cintai, untuk duduk menghadapi (membaca dan menelaah) buku-bukunya, dan mengambil faedah darinya.

Hidup Berjamaah Dengan Orang-Orang Shalih
Sebuah pepatah mengatakan; siapa yang bergaul dengan penjual minyak wangi, maka akan terkena wanginya. Bergaul dengan orang-orang jahat akan tertular kejahatannya. Bergaul dengan orang-orang shalih niscaya akan tertular keshalihannya.

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang menginginkan keleluasaan surga, maka senantiasalah bersama jamaah (kelompok), karena setan itu bersama satu orang, sedangkan ia akan lebih menjauhi dua orang.” (HR. Tirmidzi).

Apabila syetan mampu menyesatkan satu orang (yang menjauhi jamaah), maka sesungguhnya ia merasa sulit dan tidak mampu untuk menyesatkan dua orang (yang berjamaah). Ini hanya dua orang, bagaimanakah andaikata seorang muslim berkumpul bersama banyak orang dalam sebuah jamaah, yang tentunya dapat membantu mensyiarkan agama dan mengaktifkannya dan senantiasa taat dalam beribadah serta melakukan usaha-usaha yang bermanfaat!

Karena itulah Imam Ibnu Al Mubarak berkata: “Sesungguhnya jamaah adalah tali Allah bagi siapapun yang mendekatinya, maka berpeganglah erat-erat padanya.” (Al Maqdisy, Al Adab Asy Syar’iyah, Jilid I, hlm. 140). Imam Syafi’i berkata: “Setiap orang pasti mempunyai orang yang ia cintai dan ia benci. Jika itu benar, maka seharusnya seseorang selalu bersama orang-orang yang taat kepada Allah Swt.” (Imam Nawawi, Bustanul Arifin, hlm. 42).

Menikah
Menikahlah jika sudah memiliki kesanggupan untuk melakukannya. Sesungguhnya dengan menikah dapat mencegah seseorang dari perbuatan maksiat. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa sudah memiliki kesanggupan (mempunyai maisyah), hendaklah dia menikah karena pernikahan dapat menjaga pandangan dan kemaluan dari perzinaan. Dan barangsiapa belum berkesanggupan, hendaklah dia berpuasa, kerana puasa dapat melemahkan nafsu syahwat.”

Di dalam haditsnya yang lain, Rasulullah Saw bersabda, “Apabila datang kepadamu seorang yang baik agamanya dan kamu menyukainya, nikahkanlah dia. Dan jika kamu tidak berbuat demikian, maka akan terjadi bencana dan fitnah di dunia ini.” Di dalam hadits ini diterangkan bahwa pernikahan dapat menghindarkan dari fitnah, kekacauan, dan kerusakan akhlak. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa menikah dan menikahkan karena Allah, niscaya dia akan memperoleh kedekatan dengan Allah Swt.”

Sabda beliau yang lainnya: “Barangsiapa menikah, maka sesungguhnya dia telah melaksanakan setengah dari agamanya. Dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Swt untuk setengahnya lagi.”
Sesungguhnya, rusaknya agama seseorang pada umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan memelihara perut dan kemaluannya. Dan pernikahan adalah jalan terbaik untuk memelihara keduanya.

Mengisi Waktu Luang Dengan Hal-Hal Yang Bermanfaat
“Ada enam wilayah, dimana hati manusia selalu berpindah-pindah di seputar wilayah itu. Tiga wilayah berada di posisi rendah dan tiga wilayah lainnya berada di posisi tinggi. Yang berada di posisi rendah ialah ketika keduniaan menghiasi hati, hawa nafsu membujuknya dan ketika musuh (syetan) sedang membisikinya. Adapun yang berada di posisi yang tinggi, yaitu ketika ilmu memberikan penerangan padanya, ketika akal memberikan petunjuknya dan ketika sedang beribadat kepada Tuhan-Nya.” (Ibnul Qayyim, Al Fawaid, hlm. 99).

Allah Swt juga berfirman dalam salah satu ayat-Nya: “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (Al Ahzab: 4). Artinya, apabila hati dalam keadaan taat kepada Allah; selalu ingat kepada-Nya dan senantiasa menyibukkan diri dengan hal-hal positif, maka syetan tidak akan mampu menyesatkan kita. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu hukum alam: Suatu hal yang sangat mustahil bagi otak manusia betapa pandainya pun ia untuk memikirkan lebih dari satu hal pada waktu bersamaan!

Sayyid Quthb menjelaskan bahwa orang-orang yang jiwanya kosong, “Tidak pernah mengenal makna serius. Ia bersikap santai meski bahaya yang mengintai. Ia bercanda ria di saat membutuhkan keseriusan dan senantiasa meremehkan permasalahan yang suci dan sakral. Jiwa yang kosong dari sikap serius dan sikap penuh kesucian, akan menyebabkannya senantiasa meremehkan setiap persoalan yang menyelimutinya, mengalami kegersangan jiwa dan dekadensi moral. Jiwa yang demikian, tidak patut untuk bangkit mengemban tugas dan tidak akan tegak membawa beban amanat. Dan jadilah kehidupan di dalam jiwa demikian itu, hampa, remeh, dan tidak berharga.” (Fizhilalil Quran, Juz 4, hlm. 2367, cet. Ke-10).

Demikianlah keberadaan jiwa yang kosong; tidak bersuara, tidak bekerja, tidak beriman, dan tidak beragama. Obsesi (cita-citanya) hanyalah bermain dan berbuat di dunia ini dengan perbuatan sia-sia, yang nantinya akan diikuti kekecewaan dan penyesalan kelak dikemudian hari.

Mengingat Allah
Sahl bin Abdullah berkata, “Saat itu aku masih berumur tiga tahun. Suatu malam aku bangun dari tidur dan menunggui shalat pamanku, Muhammad bin Siwar. Lalu paman berkata padaku, “Tidaklah engkau mengingat Allah yang telah menciptakan dirimu?”

“Bagaimana aku mengingat-Nya?” aku balik bertanya.

“Katakan di dalam hatimu tiga kali tanpa menggerakan lidah, ‘Allah besertaku. Allah melihatku. Allah menyaksikanku.

Jika malam hari aku mengucapkan di dalam hati yang seperti itu, hingga dapat mengenal-Nya. lalu paman berkata lagi padaku, “Ucapkan yang seperti itu setiap malam sebelas kali!”

Maka kulakukan sarannya, sehingga di dalam hatiku ada sesuatu yang terasa nikmat. Setahun kemudian paman berkata kepadaku, “Jaga apa yang sudah kuajarkan kepadamu dan terus laksanakan hingga engkau masuk ke liang kubur.”

Maka sarannya itu terus kulaksanakan hingga aku benar-benar merasakan kenikmatan di dalam batinku. Kemudian paman berkata kepadaku, “Wahai Sahl, siapa yang Allah besertanya, melihat dan menyaksikan dirinya, maka mana mungkin dia akan mendurhakai-Nya? Jauhilah kedurhakaan!”

Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke sekolah untuk menghafalkan Al Quran yang saat itu umurku baru enam atau tujuh tahun. Setelah itu aku banyak berpuasa, makan hanya dengan roti, dan setiap malam mendirikan shalat.”

Ini adalah sebuah nasihat yang berharga, yang sudah sepantasnya kita amalkan. Karena di zaman seperti saat ini di mana kemaksiatan merajalela. Sedangkan di lain pihak kita dituntut untuk menghalaunya atau menjauhinya sejauh mungkin. Kita dapat mencegahnya (memproteksi diri) dengan cara seperti yang telah di lakukan oleh Imam Sahl bin Abdullah itu. Semoga Allah senantiasa memberikan kita kekuatan untuk mengamalkannya. Aamiin.

Melakukan Kegiatan Yang Bervariasi
Salah satu keindahan Islam adalah, setiap aktivitas bermanfaat yang kita lakukan, yang akibatnya berdampak pada diri kita ataupun pada orang lain, Allah akan memberikan balasannya kepada kita, yaitu berupa rahmat, keinginan untuk terus beramal, semangat, kekuatan dan ketenangan.

Sebagaimana agama memperingatkan kita agar menjauhi dosa-dosa besar hingga dosa-dosa kecil. Agama juga menganjurkan kepada kita untuk tidak meremehkan kebaikan sekalipun kebaikan itu kebaikan yang menurut kita “kecil”. Sebut saja seperti menyingkirkan paku di jalan, membersihkan rumah, mandi, menyikat gigi, menyetrika pakaian, menyisir rambut, berolah raga, bersilaturahim, dan lain sebagainya.

Penting bagi kita untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bervariasi. Karena apabila kita melakukan kegiatan yang hanya melulu itu-itu saja, niscaya kejenuhan akan menerpa kita. Jika sudah timbul rasa jenuh, sinyal tanda bahaya sedang menyala. Dan ia menyuruh kita untuk segera melakukan aktivitas yang lain, yang tidak kalah bermanfaat dari aktivitas sebelumnya.

Jika kita tidak segera beramal, kekosongan itu akan di isi dengan bisikan-bisikan syetan. Yang pada akhirnya, hawa nafsu kita menjadi tidak terkendali. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda: “Cepat-cepatlah kalian dengan amal yang baik. Maka engkau akan mendapati adanya fitnah (kesesatan) laksana malam yang gelap. Yang seseorang pada pagi hari menjadi orang yang beriman, tetapi pada sore hari menjadi kafir. Dan pada sore hari menjadi orang yang beriman, tetapi pada pagi harinya menjadi orang yang kafir, yang menjual agamanya dengan harta keduniaan.” (HR. Muslim).

Para sahabat Nabi Saw mengetahui bahaya dari kejenuhan ini. Karenanya mereka melakukan kegiatan yang bervariasi dalam aktivitas sehari-harinya. Jika Ibnu Abbas ra telah jenuh dan letih berbicara, maka ia berkata: “Ambilkan kitab diwan para penyair!” (Al Kannani, Tadzkiratus Saami’ wal Mutakallim, hlm. 79). Dengan cara seperti itu diharapkan bila kembali pada tugas pokoknya akan tampil dengan penuh semangat dan bergairah.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Bagaimana jadinya jika di dalam sebuah bahtera yang di dalamnya terdapat banyak orang, tapi kemudian seseorang dari mereka melubangi bahtera itu tanpa ada yang mau mencegahnya? Niscaya akan tenggelamlah mereka semua.

Bencana yang terjadi pada suatu daerah atau suatu bangsa bisa saja disebabkan oleh satu atau segelintir orang yang melakukan kemaksiatan tanpa ada satupun manusia yang mencegahnya.

Rasulullah Saw bersabda, “Kalian benar-benar menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau Allah benar-benar akan menjadikan musuh sebagai penguasa bagi kalian, lalu mereka menimpakan siksaan yang buruk terhadap kalian. Kemudian orang-orang yang baik di antara kalian memanjatkan doa namun tidak dikabulkan bagi mereka. Kalian benar-benar menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau Allah benar-benar akan mengutus orang yang tidak menyayangi yang kecil di antara kalian dan tidak menghormati orang yang tua di antara kalian.” (HR. Ibnu Abid Dunya).

“Tidaklah suatu kaum meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar melainkan amal mereka tidak diangkat (ke langit) dan doa mereka tidak di dengar.” (HR. Thabrani).

Aisyah Ra berkata: “Rasulullah Saw masuk ke tempat tinggalku, yang saat itu beliau sedang digundahkan sesuatu. Aku dapat melihat hal itu dari raut muka beliau. Beliau tidak berbicara hingga kemudian beliau mengambil wudhu. Beliau keluar sementara aku duduk di sebuah batu. Beliau naik ke atas mimbar, memuji Allah, lalu bersabda: ‘Wahai manusia, sesungguhnya Allah berfirman kepada kalian, hendaklah kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar sebelum kalian berdoa kepada-Ku namun Aku tidak mengabulkan bagi kalian, dan kalian memohon pertolongan kepada-Ku namun Aku tidak memberikan pertolongan kepada kalian, dan kalian meminta kepada-Ku namun Aku tidak memberi bagi kalian.” (HR. Ahmad).

“Jika kesalahan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka ia tidak menimbulkan mudharat kecuali terhadap pelakunya, dan jika kesalahan itu tampak lalu tidak di rubah, maka ia menimbulkan mudharat secara menyeluruh.” (HR. Al Auza’y).

“Tidaklah ada suatu kaum yang di tengah mereka ada orang-orang yang melakukan kedurhakaan, padahal mereka lebih kuat dan lebih banyak daripada orang-orang yang melakukannya, namun mereka tidak mengubahnya, melainkan Allah melingkupi mereka semua dengan siksa.” (HR. Ahmad).

Oleh karena itu, hendaklah setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki tekad yang kuat untuk mau beramar ma’ruf nahi munkar pada dirinya, keluarganya, lingkungan terdekat, dan juga apabila melihatnya di depan matanya, maka kewajibannyalah untuk menyampaikan risalah ini. Semoga Allah menjaga kita dari tidak beramar ma’ruf nahi munkar. Karena apabila hal itu tidak terjadi, Dia akan mencabut ketaatan pada hati kita. Dan kita pun menjadi leluasa untuk melakukan perbuatan maksiat. Naudzubillahi mindzalik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar