Minggu, 15 April 2012

Pendusta

Pada bulan Ramadhan yang lalu, saya mengerjakan shalat tahajud (berjamaah) di samping seorang pemuda. Ketika sang imam mengucapkan Allahu Akbar, saya mendengar pemuda tersebut menangis dengan keras.

Ketika itu, saya heran sekali, karena sang imam belum sempat membaca satu ayat pun. Selesai shalat, saya bertanya kepada pemuda tersebut, "Wahai saudaraku yang tercinta, janganlah kamu marah kepadaku, dan beritahukanlah kepadaku mengapa kamu menangis dengan keras padahal sang imam belum membaca satu huruf pun ayat al-Quran?"

Saya terkejut ketika ia berkata, "Ketika saya mengucapkan Allahu Akbar dengan lidah saya, saya merasakan ketakutan yang luar biasa, karena saya khawatir jika saya termasuk orang yang berdusta, karena saya mengatakan sesuatu dengan lidah saya, padahal sesuatu itu tidak ada dalam hati saya. (Sebagaimana dikisahkan Syaikh Amru Khalid dalam bukunya Ibadatul Mukmin).

***
Alam semesta yang kita lihat ini penuh dengan tanda-tanda kekuasaan dan keagungan-Nya, dilihat dari kerumitan anatomi, hingga desain yang berbeda-beda. Ada manusia yang terlihat kembar, namun pada hakikatnya tidak betul-betul kembar. Belum lagi benda-benda yang hingga kini tidak kita ketahui, baik di darat, laut maupun di udara. Kita kerap memperhatikan burung-burung yang terbang, kemudian hinggap di ranting-ranting pepohonan. Tapi mengapa bumi dan benda-benda di luar angkasa jarang kita pikirkan? Mengapa mereka bisa menggantung begitu saja? Dilihat dari luar angkasa – sebagaimana yang sering kita tonton lewat tayangan film ilmu pengetahuan – bumi ini seolah diam, tidak bergerak.

Jika tidak bergerak, mengapa benda yang ada di atas tidak jatuh ke bawah dan mengapa semuanya tidak hancur berantakan? Faktanya, bumi ini bergerak atau berputar (rotasi). Perputaran itu, seolah, menjadikan bumi seperti lempengan tanah datar yang tak berujung dan bertepi. Perputaran itu sudah pasti sangat cepat, sehingga mata manusia tidak dapat melihat perputaran itu. Jika saja perputaran itu berhenti sesaat saja, bumi ini sudah dipastikan akan hancur!

Kemudian bumi berputar mengelilingi matahari, sehingga terlihat adanya perbedaan waktu di beberapa belahan bumi. Begitupun dengan planet-planet yang lain, berputar mengelilingi matahari. Memang tidak terlihat garis-garis perputaran itu, tapi jika diberi garis, semuanya akan tampak simetris. Yang menahan planet-planet dalam tata surya agar tidak terlepas dari tata surya dan terlempar ke dalam suhu dingin membeku di angkasa luar adalah keseimbangan antara gravitasi (gaya tarik) matahari dan gaya sentrifugal planet-planet. Matahari menarik semua planet dengan gaya tarik kuat yang ditebarkannya, sementara planet-planet secara terus-menerus mengimbangi tarikan ini dengan menggunakan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan planet-planet tersebut pada jalur lintas atau orbitnya. Tetapi bila planet-planet ini berputar pada sumbunya (gerak rotasi) dengan kecepatan yang sedikit lebih rendah, planet akan ditarik oleh matahari dengan sangat kuat sehingga jatuh ke dalam raksasa matahari dan tertelan suatu ledakan hebat. Hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi. Jika planet-planet berputar dengan kecepatan yang lebih tinggi, kali ini gravitasi matahari tidak akan cukup kuat untuk menahannya dan planet-planet akan terlempar ke ruang hampa di angkasa luar. Tetapi, sebuah keseimbangan yang sangat halus cermat telah ditetapkan, dan sistem ini dapat terus berlangsung karena mempertahankan keseimbangan ini.

Selain itu, juga penting untuk dicatat bahwa keseimbangan yang disebutkan di atas diciptakan secara tersendiri untuk setiap planet, karena jarak masing-masing planet dari matahari adalah berlainan. Di samping itu, massa setiap planet juga berbeda. Karena itulah, untuk setiap planet, kecepatan rotasi yang berbeda juga ditetapkan. Hal ini dimaksudkan, agar planet-planet tersebut dapat menghindari tabrakan dengan matahari maupun lontaran ke ruang angkasa.

Semua fakta ini begitu menakjubkan, namun baru sepersekian saja dari tanda-tanda penciptaan. Pada diri kita sendiri, masih banyak yang belum kita ketahui. DNA tubuh kita, misalnya, penelitiannya baru mencapai 5 %. Padahal penelitian itu sudah berlangsung belasan tahun. Tak heran jika ilmuwan sekelas Dr. Alexis Carel – peraih Nobel Kedokteran – mengatakan, man unknown, manusia sebagai sosok makhluk yang tidak diketahui. Masih banyak yang belum dikuak pada diri manusia. Imam Jalaluddin Rumi menyebut manusia sebagai makrokosmos dan diluar diri manusia sebagai mikrokosmos. Ilmu pengetahuan sendiri menyebutkan hal yang serupa. Ternyata lebih dari 90 % unsur yang terdapat di alam raya ini, terdapat pada diri manusia. Jadi benarlah, sebuah atsar yang mengatakan, "Yang mengenal dirinya, yang mengenal Tuhannya."

Sekarang, kita sudah mulai mengetahui banyak hal dari alam semesta ini. Setidaknya ada yang sudah kita ketahui. Tentu kita takjub. Apalagi jika kita semakin sering membaca dan mentafakurinya, ia akan membuat kita semakin ingin mengetahuinya lebih jauh lagi. Kita merasa semakin tak berdaya ketika berhadapan dengan kemahaluasan ilmu Allah. Ilmuwan seperti Dr. Sthephen Jay Gould pernah mengatakan, "Masih banyak yang belum kita ketahui." Nyatanya memang demikian adanya.

Kita mengakui bahwa alam semesta ini adalah karya Sang Pencipta. Pada batas ini, kebanyakan orang meyakininya, sekalipun ia adalah seorang penyembah berhala yang hidup di zaman pra-Islam. وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?', niscaya mereka menjawab: 'Allah'." (QS. az-Zumar [39]: 38). Tapi meyakini Allah Yang Maha Pencipta saja belum cukup. Allah sendiri telah mengutus Rasul-Nya dan menyampaikan firman-Nya melalui lisan Rasulnya itu. Artinya, kita mesti mengimani semua yang telah diturunkan-Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Beriman kepada Allah butuh konsekuensi-konsekuensi selanjutnya. Tidak cukup hanya mengatakan, "Saya beriman kepada Allah", namun pekerjaan dan apa yang dimakannya haram, kelakuannya buruk, dan pola pikirnya menyimpang. Dia mungkin sering menyebut nama Allah, tapi pada hakikatnya dia telah berdusta karena menyebut "Allah" hanya sebatas lafadz itu saja. Bukankah selepas syahadat ada shalat, zakat, puasa, dan pergi haji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar