Senin, 30 April 2012

Tidak Goyah Oleh Cobaan


Sidney J. Haris dalam bukunya, Mind Power, berkisah: “Aku berjalan dengan seorang temanku menuju sebuah stand koran malam itu. Ia membeli sebuah koran. Dengan sopan ia mengucapkan terima kasih kepada penjualnya. Namun, penjual koran itu tidak mempedulikan ucapan tersebut.

“Orang yang tidak sopan, ya?” komentarku.

“Oh, setiap malam ia selalu begitu,” sangkal temanku.

“Lalu, mengapa Anda terus begitu sopan kepadanya?” tanyaku.

“Mengapa tidak?” sanggahnya. “Mengapa aku membiarkannya menentukan bagaimana aku akan bertindak?”

Saat memikirkan kejadian itu selanjutnya, muncul dalam benakku bahwa ungkapan yang penting adalah “tindakan”. Temanku bertindak terhadap orang lain; kebanyakan kita bereaksi terhadap mereka.

Ia memiliki suatu indera keseimbangan mental yang tidak ada pada sebagian besar kita; ia tahu siapa dirinya, untuk apa ia bersikap, dan bagaimana ia akan berperilaku. Ia tidak mau membalas ketidaksopanan dengan ketidaksopanan karena dengan itu ia tidak lagi mampu mengendalikan perilakunya.”

Setiap hari, sikap kita ditantang oleh orang lain dari peristiwa di luar. Bagaimana kita akan bersikap? Apakah akan membiarkan kemalangan atau rintangan menghentikan kita untuk terus maju? Atau apakah kita akan melihat situasi dengan obyektif dan mencari pelajaran yang bisa di dapat atau tindakan yang bisa dilakukan untuk merubah keadaan? Apakah kita akan membiarkan orang yang negatif mempengaruhi hari kita, hidup kita?

Tidak! Tidak ada yang dapat mengubah pendirian kita. Kita akan terus berkarya walau orang-orang menghina, mencibir dan mencemooh kita. Kita akan bertekad hingga tugas yang kita kerjakan selesai. Jika mereka memandang kita dengan sebelah mata, jadikan itu sebagai cambuk bagi kita untuk berbuat terbaik, semaksimal mungkin. Kita tidak mungkin dikalahkan oleh keadaan karena kita diciptakan sebagai pemenang!

Sesungguhnya perbuatan baik kita pada orang lain akan kembali pada diri kita. Jika orang tidak menghormati atas apa yang telah kita lakukan, bukan tugas kita membuat orang itu menghormati kita. Yang penting bagi kita berbuat kebaikan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Bukankah Nabi Muhammad Saw. adalah seorang dermawan, jujur, lagi santun? Namun ketika orang-orang mulai menyiksa dan menghinanya, apakah hal itu membuatnya mundur ke belakang dari tugas dakwahnya? Tidak! Bahkan beliau berkata, andaikan bulan ditangan kiriku dan matahari ditangan kananku, beliau tak akan menghentikan dakwah itu.

Begitupun dengan yang terjadi pada Imam Ahmad bin Hanbal. Di saat negara mengadopsi pemikiran mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-Quran adalah makhluk, di saat pembesar-pembesar negeri saat itu memaksa sejumlah ulama untuk mau mengakui doktrin itu, ia dengan tegas menolaknya. Beliau tetap dengan pendiriannya, al-Quran adalah kalamullah. Sebuah kebenaran itu tidak dilihat dari sudut pandang banyak atau sedikitnya orang. Kebenaran itu diberikan kepada orang-orang yang istiqomah dan tidak goyah oleh serbuan-serbuan informasi yang belum tentu benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar