Minggu, 01 April 2012

Berubah atau Terhina

Manusia kadang ingin berubah, tapi karena lingkungan tidak mendukungnya, jadilah ia semakin jauh dari perubahan itu, atau perubahan itu hanya sekadar angan-angannya belaka.

Hidup ini harus berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari, karena jika tidak, hari-hari kita akan lebih buruk dari hari sebelumnya. Perubahan dalam hidup adalah kesuksesan. Penjahat yang kemudian bertobat, penampilannya akan jauh berbeda dengan ketika ia menjadi penjahat. Yang saya maksud adalah penampilan fisik dan hati. Ia akan lebih santun, senang beribadah, dekat dengan Allah, khusyu hatinya, jauh dari maksiat, dan bagus akhlaknya.

Pada hakikatnya tidak ada orang bodoh di dunia ini, yang ada adalah orang yang tidak mempergunakan akalnya. Oleh karena itulah, Allah memerintahkan kepada kita untuk mempergunakan akal kita untuk kemaslahatan dunia dan akhirat kita. Akal yang kosong dari merenungkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan kosong dari ilmu pengetahuan, adalah akal para pelaku bid’ah, orang-orang fasik, dan pemimpin yang zalim. Barangsiapa memiliki akal tapi tidak digunakannya dengan semaksimal mungkin, maka dia harus segera menggunakannya, sebelum hawa nafsunya membelenggunya karena akal telah kalah terlebih dahulu sebelum akal itu bertindak membelenggu hawa nafsunya.

Mari kita isi akal dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Jangan sampai hari-hari kita terlewatkan dari merenungkan satu ayat al-Quran-Nya, atau membaca beberapa halaman buku, atau mentafakuri salah satu tanda-tanda kebesaran-Nya, atau mendengarkan hal-hal yang bermanfaat, atau melihat apa yang dihalalkan-Nya. Dalam setiap hari, harus ada ilmu yang masuk ke dalam akal kita dan membuat akal kita jauh lebih baik daripada sebelumnya, membuat diri kita semakin yakin akan kebenaran agama-Nya, semakin dekat dengan-Nya, semakin jauh dari maksiat, semakin benar perkataan dan perbuatan kita, dan semakin tulus amal kita.

Perubahan itu adalah dekat dengan kesuksesan, kebahagiaan, kejayaan, dan kemuliaan. Imam Fudhail bin Iyadh dulunya adalah seorang penjahat, namun setelah bertobat, beliau dikenal sebagai ahli ibadah, ulama fakih, dan contoh teladan bagi orang-orang kemudian. Kisah-kisahnya terus dibaca ulang, perkataan-perkataannya disampaikan berulang-ulang oleh para khotib, ulama, sufi, hingga orang awam.

Orang-orang yang berubah adalah orang-orang yang mempergunakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk semakin dekat dengan Allah. Jika dulunya dia suka bermalas-malasan, maka sekarang waktunya digunakan seoptimal mungkin, dan bila ada waktu luang, ia gunakan untuk memberi “makan” pada jiwanya agar semakin segar dan kaya akan inspirasi. Jika dulunya tidak suka membaca, maka sekarang ia rajin membaca dan mencatat apa-apa yang bermanfaat untuk dirinya. Ia beri kesempatan beberapa jam dalam sehari untuk membaca. Ilmu – kata Imam Syafi’i – mendorong kita untuk beramal. Jika kita membaca buku tentang zuhud, maka keinginan untuk hidup zuhud akan muncul. Begitupun jika kita membaca buku tentang kiat menulis, maka keinginan untuk menulis akan muncul. Dan seterusnya. Itulah hakikat perubahan sesungguhnya. Bukannya semakin ambruk dan terhina setelah menjadi ahli ilmu.

Lawanlah dengan gigih setiap bentuk penyimpangan saat kita berjalan menuju tujuan. Lawanlah dengan sekuat tenagamu untuk tidak melakukan kemaksiatan dan untuk bersegera dalam menjalankan kewajiban. Setelah engkau lawan, kemudahan itu akan datang. Kegelisahan akan berubah menjadi ketenangan, dan keresahan berubah menjadi kebahagiaan.

Bacalah al-Quran satu juz setiap hari. Kamu pasti bisa melakukannya. Jika tidak bisa, berusahalah untuk bisa. Paksalah jiwa, karena sebelumnya jiwa ini kotor dan hati ini telah mengeras membatu. Maka setelah itu, jiwa ini akan bersinar dan rasa suka dalam membaca al-Quran akan muncul. Rasanya, batin ini tersiksa karena suatu hari tidak membaca al-Quran atau tidak membacanya sesuai dengan target yang kita tetapkan.

Ketika kita tidak bisa menangis saat membaca al-Quran atau saat mengingat dosa-dosa masa lalu kita atau mengingat banyaknya karunia yang belum disyukuri, maka tangisilah karena kita tidak bisa menangis. Tangisilah mengapa kamu tidak bisa menangis. Tangisilah! Suatu ketika Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq kedatangan tamu dari Yaman. Ketika al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menangis. Khalifah Abu Bakar berkata bahwa kita tidak bisa menangis karena hati kita mengeras, kotor oleh maksiat. Sesungguhnya hati yang bersih akan menangis ketika ayat-ayat-Nya dibacakan. Jika demikian, apakah benar kita menangis ketika ayat al-Quran dibacakan? Jika tidak menangis, berarti sesungguhnya diri kita telah banyak melakukan maksiat. Ini patokan yang berat, minimal jiwa kita tersentuh dan merasa terpanggil.

Inilah momentum perubahan, karena ajal semakin mendekat, sementara amal buruk lebih banyak daripada amal saleh, yang dikufuri lebih banyak daripada yang disyukuri. Inilah saatnya untuk berubah, wahai jiwa-jiwa yang gelisah karena kemunafikan, kemaksiatan, dan kelalaian. Inilah saatnya berubah, wahai jiwa-jiwa yang merindukan ketenangan dan kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar