Minggu, 01 April 2012

Memadamkan Api Kemarahan

Kekuatan cinta memang begitu dahsyat, ia dapat meluluhkan hati yang sedang dipenuhi amarah. Cinta membangkitkan kesadaran seseorang tentang siapa dirinya; penjahat sekalipun bertekuk lutut karena cinta. Dengan cinta pula, manusia menjadi lebih mempesona lahir dan batin. Ibarat seorang raja yang diberikan padanya pakaian-pakaian kebesaran, mahkota yang bertabur emas permata, dan singgasana yang membuat manusia tunduk padanya. Kekuatan cinta adalah kekuatan tanpa batas yang dianugerahi Allah kepada manusia.

Dikisahkan, Muawiyah memiliki ladang pertanian di Madinah dengan beberapa pekerja, dan Abdullah bin Zubair memiliki ladang pertanian yang terletak di sampingnya. Di mana Muawiyah ketika itu sebagai penguasa yang membawahi kurang lebih 20 wilayah, sedangkan Abdullah bin Zubair merupakan salah satu rakyatnya, yang di antara keduanya terdapat masalah lama. Suatu ketika para pekerja Muawiyah datang memasuki ladang Abdullah bin Zubair, maka Abdullah bin Zubair menulis surat kepada Muawiyah dan dia sangat marah. Dalam suratnya tersebut:

Bismillahirrahmanirrahim

Dari Abdullah putra Zubair sahabat Rasulullah dan putra perempuan dua setagi.

Kepada Muawiyah putra Hindun , perempuan pemakan hati.

Sungguh para pekerjamu telah memasuki ladangku. Maka demi Zat yang tiada Tuhan melainkan Dia, jika kamu tidak melarang mereka, niscaya akan aku lakukan sesuatu terhadapmu.

Ketika Muawiyah membaca surat ini, sebagai seorang penyabar, dia panggil putranya Yazid, di mana ia seorang yang temperamental. Lalu ditunjukkanlah surat kepadanya, seraya berkata: “Apa pendapatmu untuk kita berikan jawaban kepadanya?”

Yazid menjawab: “Aku berpendapat, agar engkau mengirimkan kepadanya pasukan yang bagian terdepannya di Madinah dan bagian terakhirnya di sisimu di Damaskus, dan mereka datang kepadamu dengan kepalanya!”

Muawiyah berkata: “Tidak, tapi ada yang lebih baik daripada itu dan lebih dekat kepada kasih sayang.” Lalu Muawiyah menulis surat sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahim

Dari Muawiyah putra Abu Sufyan

Kepada Abdullah putra Zubair sahabat Rasulullah dan putra perempuan dua setagi.

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Jika ada dunia antara aku dan kamu, lalu kamu memintanya, niscaya aku akan menyerahkannya kepadamu. Jika datang kepadamu suratku ini, maka gabungkanlah ladangku kepada ladangmu, dan para pekerjaku kepada para pekerjamu, karena ladangku menjadi milikmu.

Wassalam.

Ketika surat ini sampai kepada Abdullah bin Zubair, maka dibacanya hingga airmatanya membasahi lembaran surat itu. Lalu dia pergi kepada Muawiyah di Damaskus dan mencium kepalanya, lalu berkata: “Allah tidak menghilangkanmu akal yang menempatkan kamu pada posisi ini dari Quraisy.”

Mengalah bukan berarti kalah. Mengalah justru menunjukkan kesadaran diri. Pergunakanlah konsep ini dalam menghadapi orang-orang yang sedang marah. Jadilah pasir yang siap merangkul batu yang menimpanya. Jika engkau ikhlas menerimanya, suatu saat nanti hatinya akan luluh. Kesabaranmu berbuah kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar