Rabu, 11 April 2012

Sukses Berati Tidak Pernah Lelah

Kegagalan mungkin merupakan suatu pengalaman paling melelahkan yang pernah dialami seseorang. Kegagalan menimbulkan kelelahan, dan kelelahan membuat kita lebih sulit untuk melakukan pekerjaan, yang artinya menambah kegagalan. Ini merupakan lingkaran setan.

Kita mengalami kelelahan ini dalam dua bentuk pokok: Kelelahan pada awal pelaksanaan, dan kelelahan saat pelaksanaan. Pada kasus pertama, kita berusaha untuk terus menunda suatu tugas kendati ada dorongan untuk mengerjakannya. Baik karena pekerjaan itu terlalu membosankan maupun karena terlalu sulit, kita melalaikannya. Dan semakin lama kita menundanya, semakin lelah kita rasakan.

Kelelahan awal seperti ini sangat jelas, walaupun bukan bersifat fisik, bukan sesuatu yang ada dalam otot dan tulang-tulang kita. Penyembuhannya sangat jelas, walau mungkin tidak mudah dilaksanakan, yaitu pengerahan kekuatan kehendak. Seorang penulis terkenal dari Barat, Mortimer J. Adler, berkata, “Segera saat aku merasa diriku lari dari pekerjaanku atau menempatkan pekerjaan itu dibawah tumpukan tugas-tugas lain yang harus kuselesaikan, aku membersihkan mejaku dari hal-hal lain dan mengerjakan tugas-tugas yang tidak kusenangi terlebih dahulu. Agar terhindar dari kelelahan awal pelaksanaan, hendaklah selalu mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu.”

Menurut penelitian psikologi modern, salah satu penyebab utama orang stres adalah sering menunda-nunda pekerjaan atau kewajiban, sehingga pekerjaan tersebut semakin bertumpuk dan akhirnya semakin sulit untuk dikerjakan, bisa jadi bukan karena pekerjaan itu sulit, tapi karena semakin banyaknya pekerjaan yang harus dia lakukan. Ketika kita mulai menuntaskan pekerjaan itu, berarti kita mulai melepaskan belenggu yang mengikat tubuh kita, satu persatu hingga akhirnya kita terbebas sama sekali. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita, agar tidak stres, tidak menunda-nunda pekerjaan yang memang seharusnya dikerjakan pada saatnya.

Kelelahan saat pelaksanaan lebih sulit ditangani. Dalam hal ini kita tidak merasa keberatan untuk memulai, namun, tampaknya kita tidak dapat melakukan pekerjaan itu dengan baik. Kesulitan-kesulitan pada kelelahan ini tampaknya tak bisa diatasi, dan sekeras apapun kita bekerja, kita akan terus gagal. Pengalaman bertambahnya kegagalan tersebut menyebabkan bertambahnya beban kelelahan mental.

Terkadang jebakannya bukan pada masalah itu sendiri, namun dalam situasi sosial – tampaknya memang demikian. Orang lain, entah mengapa tampaknya menghalangi kita untuk meraih kesuksesan. Namun, sebagaimana yang disebutkan al-Quran, “Kesalahan itu terletak pada dirimu sendiri.” Mengapa kita menyalahkan orang lain dan menganggap remeh tanggungjawab-tanggungjawab kita atas kesalahpahaman? Mengerjakan suatu tugas dengan sukses berarti melakukan apa saja yang perlu – dan termasuk memperoleh kerjasama orang lain.

Umumnya, rintangan yang menghalangi kita tersebut murni karena diri kita. Akibat terpengaruh gangguan-gangguan yang sifatnya manusiawi, kita biarkan masalah-masalah pribadi membebani kita. Sehingga pada akhirnya menimbulkan suatu kegagalan dan membuat kita tidak lagi produktif dalam amal-amal kebajikan.

Mortimer J. Adler menceritakan kisah temannya, dia berkata, “Salah seorang temanku menunda-nunda pemecahan masalah keluarga yang gagal ia selesaikan. Anak perempuannya secara diam-diam menikah dengan seorang laki-laki yang ia pikir ayahnya tidak akan menyetujuinya. Anak perempuan tersebut memberitahukan hal ini kepada ibunya namun memintanya berjanji untuk merahasiakannya. Keraguan terhadap masalah itu, dan beban kegelisahan akan rahasia yang dipikulnya membuat ibu tersebut kelelahan. Kelelahannya merambat pada pekerjaannya dan mengubah kebiasaan suksesnya di tempat kerja menjadi berbagai kegagalan. Ia tertolong dari tekanan yang serius hanya saat orang lain ikut terlibat dan menceritakannya pada sang ayah – yang tidak mencerminkan reaksi antipati negatif apapun. Nampak luar biasa, bahwa seseorang dapat membiarkan hidupnya terperangkap dalam kondisi ini, namun hal ini menjelaskan bagaimana berbagai masalah bisa memburuk jika tidak diselesaikan saat masalah-masalah tersebut muncul.”

Karena itu, langkah pertama kita adalah menggunakan kelelahan yang tidak jelas penyebab fisiknya sebagai radar – sistem peringatan awal – dan merunut sumber kelelahan itu pada sumbernya; untuk menemukan kegagalan yang kita sembunyikan dan yang tidak kita akui. Lalu kita harus mencari sebab kegagalan ini. Dalam kasus-kasuks tertentu, mungkin bahwa suatu tugas benar-benar terlalu sulit untuk kita atau diluar kemampuan kita. Jika demikian, kita dapat mengenali kenyataan itu dan menghindarinya. Atau hambatan tersebut mungkin hanya berupa penolakan terhadap konfrontasi dengan masalah. Menurutku, hal tersebut dapat diatasi dengan perhatian yang sabar terhadap tugas yang dihadapi – dengan semua kemampuan dan pemecahan yang mampu kita kuasai. Ditambah dengan pertolongan yang diinspirasikan ketidaksadaran.

Kesalahan terburuk yang dapat kita perbuat adalah memandang kelelahan mental seakan-akan kelelahan fisik. Kita dapat pulih kembali dari kelelahan fisik dengan memberi kesempatan tubuh kita beristirahat. Namun kelelahan mental yang ditimbulkan oleh adanya kegagalan tidak dapat dihilangkan dengan cara menyerah pada kegagalan dan beristirahat. Hal itu hanya memperburuk masalah. Apapun ciri khas ganjalan yang menyulitkan tersebut, harus dijelaskan, dan segera, sebelum kelelahan yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut mengepung kita.

Tanpa mencoba mendefinisikan kesuksesan, cukup bagiku mengatakan bahwa kesuksesan berhubungan dengan puncak pelaksanaan yang terus-menerus, melakukan tugas-tugas dan mengatasi masalah ketika masalah-masalah itu muncul. Sukses adalah pencapaian kebahagiaan, kenikmatan, dan “flow” yang menyertai penggunaan kemampuan seseorang tanpa banyak rintangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar