Sahabatku, yang penting bagi kita adalah beriman dan ikhlas dalam beramal shalih. Tidak penting kita membanggakan diri dengan ilmu atau harta yang kita miliki. Karena apa yang kita lakukan saat ini akan mendapatkan balasannya nanti di akhirat.
Orang yang beriman hendaknya menyadari bahwa dunia ini tempat persinggahan sementara, sehingga hati, akal, dan segala tindak tanduknya senantiasa berada di jalur yang Allah ridhai. Perdebatan jika diniatkan untuk menunjukkan kehebatan diri, tidaklah berguna. Sekalipun kita telah lelah dengan berkata-kata, menguras pikiran dan tenaga. Semua itu ibarat debu yang menempel di batu yang licin. Ketika angin meniupkannya, debu itu terbang begitu saja.
Ibarat tong kosong nyaring bunyinya, banyak orang yang pandai berbicara namun sedikit mengamalkannya. Mereka juga ibarat kayu yang bersandar. Karena jiwa mereka sangat rapuh. Argumen orang seperti ini sangat mudah dipatahkan dan digoyahkan. Jiwanya labil apabila gejolak datang. Ombak yang datang menerpanya malah menyeretnya kesana kemari.
Pemilik kapal Titanic mengatakan jika kapalnya tak mungkin tenggelam, karena sudah dirancang sedemikian rupa. Memang benar kapal itu canggih dan luar biasa besarnya hingga dapat menampung ribuan orang. Namun ketika sudah ditengah laut, kapal itu menabrak gunung es sehingga lambung kapal robek. Kapal tenggelam dan ribuan orang mati menggenaskan. Kapal yang katanya tidak bisa tenggelam akhirnya tenggelam. Kapal itu menjadi saksi bisu akibat dari kesombongan manusia.
Siapakah dia yang berani mengatakan bahwa kapal tidak mungkin tenggelam? Dia bukan Tuhan, hanya manusia biasa yang tak ada bedanya dengan kita. Kapal hanya mampu menampung segelintir kecil orang. Lihatlah bumi, siapakah yang menciptakannya? Mengapa hanya dapat menampung segelintir orang saja dia sombong, padahal dia melihat alam ini yang dapat menampung milyaran orang, hewan, tumbuhan, dan sebagainya.
Tidak ada manusia yang sanggup menciptakan sesuatu seperti Tuhan menciptakannya. Penciptaan Tuhan jika dilihat secara berulang akan semakin tampak keagungan dan kebesaran-Nya. Sebaliknya, karya cipta manusia jika dilihat berulang akan semakin jelas kekurangan dan kelemahannya.
Kesombongan tidaklah berguna, justru hanya akan menyengsarakan kita. Kesombongan adalah lambang dari kelemahan kita, karena kita bergantung pada hawa nafsu. Sedangkan kerendahan hati menunjukkan kekuatan yang dahsyat, karena kita bergantung pada pemilik kekuatan yang menguasai alam raya, Allah Swt..
Ketahuilah bahwa kesombongan itu merupakan akhlak batin yang muncul karena amal. Akhlak ini merupakan hasrat untuk menampakkan diri di hadapan orang yang akan disombongi, agar dia terlihat lebih hebat dari yang lain. Orang yang sombong ini ketika melihat seseorang tak ubahnya memandang keledai, dengan pandangan yang membodohkan dan menghinakan.
Kesombongan akan menjadi penghalang jalan ke surga, karena sombong ini akan menghalangi seseorang dengan sifat orang-orang mukmin. Karena orang yang sombong tidak mampu mencintai bagi orang-orang mukmin apa yang dicintai bagi dirinya sendiri. Dia tidak sanggup rendah hati, tidak meninggalkan iri, dengki, dan benci; tidak mampu menghentikan penghinaan dan pelecehannya terhadap orang lain. Tidak ada makhluk yang hina melainkan dia akan mencari-cari kehinaan itu.
“Orang-orang yang lalim dan sombong akan dihimpun pada hari kiamat dalam rupa semut. Orang-orang menginjak-nginjak mereka karena kehinaan diri mereka dihadapan Allah Azza wa jalla.” (HR. Tirmidzi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar