Minggu, 01 April 2012

1095 Halaman dalam Setahun

Abu Ishaq asy-Syairazi telah menulis 100 jilid buku. Ibnu Jarir telah menulis 100.000 halaman.

Ibnu Taimiyah menyelesaikan setiap buku dalam waktu satu minggu. Beliau pernah menulis satu buku penuh dalam satu kali duduk. Dan bukunya telah dijadikan referensi oleh lebih dari 1000 penulis.

Imam Sibawaih menulis buku yang paling besar dalam bidang ilmu nahwu pada usia 30 tahun. Imam Nawawi meninggal pada umur 40 tahun dan telah meninggalkan warisan yang sangat berharga. Ibnu Hajar menulis Fathul Bari dan muqadimah-nya pada usia 30 tahun. Kitab al-Gharib karya Abu Ubaid ditulis pada usia 40 tahun.

Ibnu al-Jauzy telah menulis 1000 judul buku dan satu bukunya ada yang mencapai 10 jilid. Kayu bekas penanya bisa dipakai untuk memanaskan air yang dipakai untuk memandikan jasadnya ketika meninggal.

Ibnu Khaldun mengasingkan diri dalam sebuah benteng. Kemudian beliau menulis sejarahnya dan diterbitkan hingga menjadi jawaban bagi semua orang yang bertanya.

Ibnu Asakir menulis sejarah Damaskus dalam waktu 60 tahun. Dia tidak melewatkan satu pun orang alim, sastrawan, penyair, orang yang datang dan pergi dari Damaskus kecuali beliau sebutkan dalam bukunya.

As-Sarkasi dipenjara dan mampu menulis kitab al-Mabsuth dalam 30 jilid. Aq’ad bin al-Atsir juga pernah dipenjara dan mampu menulis Jamiul Ushul wan Nihayah sebanyak 30 jilid. Dan Ibnu Taimiyah dapat mengarang 30 jilid kitab Majmu Fatawa di dalam penjara.

(Dari buku Kunci Sukses karya Dr. Aidh al-Qarni)

***

Dengan fakta-fakta itu, saya jadi bersemangat dan terdorong untuk produktif menulis. Lagi pula, pekerjaan ini bukan beban bagi saya. Saya merasa asyik-asyik saja. Saya mungkin belum sampai sehebat dan seproduktif mereka, tapi setidaknya saya dapat meningkatkan produktivitas saya dalam menulis.

Saya merasakan tidak ada lagi hambatan yang berarti dalam menulis. Saya telah flow! Saya mengalir bersama aliran ide-ide saya. Saya dapat menulis setiap hari sebanyak tiga sampai enam halaman buku. Jika saya tidak menulis pada suatu hari, maka saya akan melipatgandakannya pada keesokan harinya. Yang terpenting adalah konsistensi kita dalam menulis setiap hari. Entah Anda menulis satu halaman setiap hari atau lebih dari itu, Anda memang harus menulisnya setiap hari. Ide itu datang bukan pada hitungan bulan, minggu atau hari. Ia bisa datang dalam hitungan jam dan menit. Jika kita tidak menulis setiap hari, berarti kita sudah menjadi orang yang sangat merugi.

Saya biasa menulis pada pagi dan sore hari. Saya istilahkan keduanya dengan ”catatan pagi” dan ”catatan sore”. Kenapa saya pilih pagi dan kenapa saya pilih sore? Waktu pagi adalah waktu di mana tubuh dan pikiran kita sedang fresh. Jadinya kita dapat lebih maksimal dan konsentrasi dalam menulis. Dengan tidur malam, sangat membantu kita untuk lebih kreatif ketika menulis. Mengapa begitu? Karena saat tidur, otak kita tetap bekerja. Ia melakukan salah satu tahap penting dari proses kreativitas kita, yaitu tahap inkubasi. Segala informasi yang kita baca di waktu sebelum tidur, terkumpul dan mengendap di dalam otak kita. Ia kemudian keluar dengan lancar saat kita bangun. Ia memberikan ide dan gagasan segar, hasil dari perasan informasi yang telah kita dapat.

Saya juga memilih waktu sore untuk menulis karena waktu ini adalah waktu saya selesai mengerjakan pekerjaan kantor saya. Saya jadi bebas dan lebih leluasa menulis tanpa terhalang oleh tumpukan pekerjaan kantor. Perubahan suhu udara dari panas menjadi sejuk pun dapat kita rasakan pada waktu ini. Apalagi yang belum bekerja dan terbiasa tidur siang, setelah bangun tidur kemudian menulis, tubuh dan pikiran terasa segar-bugar. Jadinya kita dapat menulis dengan baik.

Saya sarankan Anda untuk konsisten menulis tiga halaman buku setiap paginya. Saya kira angka ini angka minimal dan dapat kita kerjakan. Menulislah dengan cepat. Menulis apa? Menulis apa saja; yang Anda rasakan, pikirkan, lihat, dan dengar. Banyak sekali hal yang bisa kita tulis. Adalah sebuah kebohongan besar jika kita tidak punya suatu gagasan yang dapat kita tuliskan.

Kalau saya, sebelum menulis saya punya gambaran besar. Gambaran itu tersimpan di benak saya dan kemudian saya kembangkan lagi menjadi sebuah tulisan agak panjang. Tapi, kadang, saya menulis tanpa gambaran itu. Saya duduk dan tetap menulis. Saya bisa membuka paragraf awal dengan kata-kata, ”Ah, bagaimana bisa kaya dari menulis kalau saya tidak rajin menulis?” Atau, ”Pagi ini dingin sekali, saya sampai menggigil begini.” Yang penting adalah menulis dulu, masalah ide bisa ketemu ”di jalan”. Kalau mikirin paragraf awal mesti bagus, repot juga. Bisa-bisa sebelum berperang sudah KO duluan.

Bagaimana dengan 3 halaman itu, apakah memang betul-betul bisa diterapkan? Kalau saya sih bisa, caranya: Niatkan sebelum menulis untuk menulis tiga halaman. Niat ini akan menjadi daya dorong bagi Anda untuk menulis sesuai target. Bagaimana kalau sudah 3 halaman, tulisan itu terkesan menggantung, apakah boleh lebih? Tentu saja. Inilah kelebihannya dibanding jika Anda menulis tanpa target. Pada akhirnya Anda bisa menulis tiga halaman dan bahkan lebih.

Kita kalikan saja 3 x 30 hari = 90 halaman buku dalam sebulan tulisan yang Anda buat. Kalau diketik di atas kertas A4 bisa 60 halaman spasi satu. Dan kalau spasi 1,5 – biasanya penerbit memakai ukuran spasi ini – bisa menghasilkan 90 halaman. Artinya, Anda sudah menghasilkan satu buku. Seperti halnya membaca, menulis juga bisa dilakukan dengan cara ngemil. Sedikit demi sedikit menjadi bukit. Kita kumpulkan saja tulisan itu dalam 2/3 bulan berikutnya. Setelah itu kita pecah-pecah menjadi tulisan yang berkaitan dalam 2/3 buku. Bahkan kalau bisa menulis lebih dari 3 halaman setiap hari, buku yang kita tulis bisa lebih banyak lagi. Mudah, bukan?

Apakah perlu menulis buku yang tebal, misalnya, sampai lebih dari 300 halaman buku? Menurut saya, untuk penulis pemula lebih baik menulis buku yang tipis-tipis terlebih dahulu. Tipis-banyak lebih baik daripada tebal-satu. Maksudnya, biar kita bisa memberi penerbit banyak pilihan dari hasil karya kita. Dengan cara ini, kesempatan untuk diterbitkan akan semakin besar. Contohnya, kita kirimkan tiga naskah buku kita kepada penerbit. Satu diterima, dua lainnya ditolak. Dua naskah yang ditolak bisa kita kirimkan ke penerbit lain atau kita simpan terlebih dahulu dalam bank naskah. Kemudian setelah genap tiga naskah, kita bisa kirimkan ke penerbit yang sama.

Bagaimana? Bisa kan menulis 1095 halaman dalam setahun?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar