Beberapa waktu yang lalu naskah buku saya ditolak oleh sebuah penerbit. Ini bukan kali pertama naskah saya ditolak. Memang, ada perasaan sedih. Bagaimana tidak? Sudah bertahun-tahun saya menulis naskah buku itu, tapi hasilnya mengecewakan saya. Artikel saya juga pernah ditolak belasan kali oleh sebuah surat kabar.
Saya sempat berpikir untuk berhenti menjadi penulis. Tapi kemudian saya merenungkan kembali, apakah itu keputusan yang terbaik atau hanya emosi sesaat?
Saya kemudian berkaca pada para penulis terkenal yang karya-karya mereka beberapa kali ditolak oleh penerbit. Bukan hanya dua atau tiga kali, bahkan sampai ratusan kali. Apa yang terjadi? Mungkin mereka sempat merasa putus asa. Tapi perasaan itu tidak lama. Yang mereka lakukan adalah kembali menulis dan menulis, dengan perasaan yang lebih segar dan cara yang lebih baik. Hasil karya mereka adalah paduan antara akal dan hati, logika dan perasaan, hafalan dan intuisi, sehingga jika orang bertanya kepada mereka apa yang mereka tulis, mereka akan menjelaskannya dengan gamblang, karena merekalah yang menulis buku itu. Mereka merasa memiliki hasil karya mereka sendiri. Tidak heran ada yang menuntut orang yang menjiplak hasil karyanya, dengan hukuman pidana atau perdata. Karena si plagiator ibarat seorang perampok yang merampas harta miliknya yang sangat berharga.
Berbeda dengan mereka yang menjiplak hasil karya orang lain. Ketika di baca, tulisannya tampak hambar, malas sekali membacanya karena toh hasil karya orang lain. Mereka tidak mampu menjelaskannya dengan baik dan berusaha keras mengingat-ingat isi bukunya. Karena mereka menulis hanya dengan dengan main comot sana comot sini. Tulisan mereka kering. Mungkin saja mereka mendapat uang dari cara itu, tapi itu tidak akan bertahan lama. Jika Allah membongkar aib mereka di depan umum, maka segalanya akan berakhir. Allah bisa saja menggunakan cara lain, seperti menyempitkan pintu rezekinya sehingga hasil karyanya tidak laku dipasaran.
Mungkin kita perlu memperhatikan fakta-fakta berikut ini, yang saya kutip dari artikel Wilson Nadeak yang di muat Surat Kabar Pikiran Rakyat:
Konon, seorang pengarang terkenal, yang dibesarkan di Tiongkok, namanya Pearl S. Buck, menulis naskah The Good Earth (Tanah yang Baik) dan mengirimkannya ke penerbit. Malang baginya, naskah itu ditolak. Mungkin ia memperbaiki kembali naskahnya dan mengirimkannya ke penerbit lain, tetapi tidak lama kemudian, naskah itu kembali. Ia tidak putus asa, ia terus mencoba sampai empat belas kali! Empat belas kali! Setelah itu, ia mengirimkannya ke penerbit lain, dan untunglah penerbit itu mau menerbitkannya. Setelah beredar, buku itu mendapat hadiah tertinggi di Amerika Serikat, hadiah Pulitzer Prize.
Norman Mailer mengirimkan karangannya yang kemudian terkenal The Naked and the Dead, (Yang Mati Telanjang) ditlak dua belas kali sebelum berhasil diterbitkan. Patrick Dennis dengan novelnya yang berjudul Auntie Mame (Tante Mame) yang bersifat autobiografis itu, beredar-edar lima tahun dalam bentuk naskah di lorong-lorong penerbit yang menolaknya, sampai ia menemukan penerbit yang kelima belas yang bersedia menerbitkannya. Richard Bach mengalami penolakan dua puluhkali sebelum bukunya yang kemudian terkenal dan beredar jutaan eksemplar, Jonathan Livingston Seagul.Joseph Heller memberi judul kepada naskahnya Catch-22 karena naskah tersebut ditolak sekian puluh kali, sehingga penerbit Doubleday bertanya mengapa diberi judul seperti itu. Heller menerangkan bahwa penerbit Doubleday adalah penerbit yangke-22 yang dihubunginya yang mau menerbitkan naskah tersebut! Dua puluh satu penerbit yang dihubunginya lebih dahulu menolaknya. Namun, kemudian buku itu beredar 10 juta eksemplar, sukses yang luar biasa!
Mary Higgins mengalami penolakan 40 kali. Sesudah itu naskahnya diterbitkan 30 juta eksemplar, padahal sebelumnmya editor yang menolak memberi komentar atas naskah tersebut: ringan, kurang berbobot dan membosankan! Yang lebih mengherankan lagi, pengarang populer Alex Haley, dengan naskahnya Roots (Asal-usul), ditolak 200 kali sebelum terbit. Robert Pirsig dengan bukunya yang terkenal Zen and the Art of Motorcycle Maintenance terbit pada penerbit yang ke-21. Ia mengalami penolakan naskah sampai 120kali! Novel pertama John Grisham, A Time to Kill (Saat untuk Membunuh) ditolak penerbit lima belas kali dan oleh biro naskah tiga puluh! Setelah terbit, buku itu diterbitkan 60 juta eksemplar!
Tiga puluh tiga penerbit menolak naskah Chiken Soup for the Soul yang dikumpulkan oleh Jack Canfield dan Mark Victor Hansen. Nyatanya, setelah buku itu terbit, menjadi buku terlaris dan bahkan menjadi buku yang berseri. Penerbit Indonesia pun tertarik menerbitkannya dan mendapat sambutan khalayak pembaca! Buku Baltimore Sun yang berjudul Naked in Deccan selama lebih tujuh tahun ditolak oleh 375 penerbit, setelah terbit buku tersebut dinilai “klasik” dari segi mutunya dan diterima orang banyak.
Pengalaman pengarang Amerika terkenal F.Scott Fitzgerald agak lucu. Pacarnya, Zelda tidak mau menikah dengannya sebelum ada karangannya yang terjual. Ia menempeli dinding kamarnya dengan slip (kertas) penolakan naskah dari berbagai penerbit, sebelum ia memenangkan hati pacarnya.
Buku pertama karangan Dr.Seuss ditolak oleh editor 24 kali. Setelah naskahnya berhasil diterbitkan, buku anak-anak itu beredar 100 juta eksemplar! Louis L’Amour menerima surat penolakan naskah 200 kali atas naskah novelnya yang pertama. Namun, setelah terbit selama 40 tahun, penerbit Bantam telah menjual hampir 200 juta dari buku karangannya, yang menempatkannya sebagai pengarang yang tetap bertahan selaku pengarang paling laris.
Jika Anda mengunjungi tempat tinggal Jack London di Sonoma County, San Francisco, Anda akan melihat 600 surat penolakan naskah sebelum ia berhasil menerbitkan karangannya yang pertama. Rekor yang tercatat paling tinggi penolakan naskah dialami oleh pengarang Inggris, John Creasy, menerima penolakan naskah sebanyak 774 kali sebelum karyanya yang pertama berhasil dijual. Ia menulis buku kemudian sebanyak 564 judul dengan menggunakan nama 14 buah nama!
Jadi? Jangan berputus asa! Allah tidak akan menyia-nyiakan hasil kerja keras kita jika kita ingin terus belajar dan belajar. Jika satu kali gagal, belajar lagi. Jika dua kali gagal, introspeksi mengapa bisa gagal. Jika tiga kali gagal, bagian-bagian mana yang bisa diperbaiki. Dan seterusnya, tiada hari tanpa belajar, hingga kita menemukan format yang terbaik. Kegagalan bukanlah kegagalan. Tetapi kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Jika kita gagal hari ini, bisa jadi esok hari kita akan sukses, seperti yang terjadi pada penulis-penulis terkenal di atas. Selamat menulis kembali!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar