Maksiat benar-benar menutup jalan hikmah. Pintunya terkunci rapat bila kita tidak segera menyadarinya. Alih-alih mendapat hikmah di saat santai, dengan penuh kegigihan dan ketekunan pun tidak bisa. Seharusnya kita memperbaiki dulu pondasi sebelum berusaha memperbaiki yang lain. Sebagaimana baju kotor, tidak dapat dibersihkan dengan pewangi, tetapi harus dengan sabun cuci.
Saya merasakan sendiri yaitu ketika saya melakukan perbuatan maksiat, meskipun maksiat itu berupa dosa kecil seperti tidak menjaga pandangan atau berkata yang tidak berguna. Akibatnya kemudian, produktivitas saya dalam beramal menurun. Termasuk di dalamnya menulis. Yang biasanya saya mampu menulis lima halaman sehari, kini saya hanya mampu menulis dua halaman saja.
Beruntunglah bagi saya, Allah mengingatkan saya bahwa ada yang salah dalam diri saya. Kemudian saya merenungkan tentang diri saya. Ternyata ada kesalahan yang telah saya perbuat. Kemudian saya bertaubat kepada-Nya. Beristighfar memohon ampunan-Nya. Agar Allah menghidupkan kembali hati saya dan membuka pintu hikmah yang semula tertutup.
Ketika saya berada di puncaknya, menulis terasa nikmat, deras mengalir, ide itu begitu banyak bertebaran dan dengan mudah saya menangkapnya. Namun ketika saya melakukan maksiat, semuanya tersendat bahkan bisa-bisa terhenti seketika.
Wahai diri, bagaimana engkau bisa melakukan perbuatan maksiat sementara dihadapanmu ada Zat Yang Maha Agung, Maha Melihat, dan Maha Mengetahui. Bagaimana engkau dapat meraih sesuatu sedangkan jalan untuk meraihnya tertutup? Bagaimana engkau bekerja keras sementara engkau melalaikan-Nya? Engkau tidak akan meraih apa yang ingin engkau raih bila engkau tidak melepaskan dirimu dari belenggu syahwat dan kembali kepada-Nya dengan sebenar-benarnya kembali. Meskipun engkau berusaha sekuat tenaga mencari dan mencari, memfokuskan segala usahamu. Meskipun engkau meminta bantuan orang lain, engkau tak akan mampu meraihnya. Kekuasaan dan kehendak ada ditangan Allah bukan ditanganmu.
“Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarimu.” (QS. Al-Baqarah: 282)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar