Saya membaca buku Failling Forward karya John C. Maxwell. Menurut saya buku itu sangat bagus terutama pada bab yang berjudul “Apakah masa lalu Anda menyandera hidup Anda?” Seolah judul bab itu langsung tertuju pada diri saya. Saya lalu bertanya dalam hati, “Apakah masa lalu saya telah menyandera hidup saya?” Kemudian saya merenungkan kata-kata Maxwell dalam buku itu.
Maxwell berkata, “Seseorang yang tidak dapat melupakan luka-luka serta kegagalan-kegagalan di masa lalunya menjadi seperti disandera. Beban yang dipikulnya kemana-mana membuatnya sangat sulit untuk maju. Sesungguhnya dalam lebih dari 30 tahun bekerja bersama orang lain, saya belum pernah berjumpa dengan seorang sukses yang terus terpuruk oleh kesulitan-kesulitan di masa lalunya.”
Saya merasa kembali termotivasi setelah saya menyimak dengan seksama perkataan itu. Saya menjadi lebih optimis terhadap masa depan saya. Perkataannya “Sesungguhnya dalam lebih dari 30 tahun bekerja bersama orang lain, saya belum pernah berjumpa dengan seorang sukses yang terus terpuruk oleh kesulitan-kesulitan di masa lalunya” benar-benar saya garis bawahi dalam hati saya. Saya pikir, semangat ini persis yang disampaikan Al-Quran 15 abad yang lalu, “Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan.” Karena kalimat itu diulang dua kali, maka ada ulama yang menafsirkan bahwa kesulitan itu diapit oleh dua kemudahan.
Kesulitan dan kemudahan diibaratkan seperti yang terjadi pada alam ini, ada malam dan ada siang. Seperti berlalunya malam akan datang fajar harapan dan kenyataan. Setelah pekatnya ujian dan cobaan akan datang cahaya kedamaian dan kesejukan. Semuanya akan berjalan seperti itu. Tidak ada perubahan dalam sunnatullah ini. Atau seperti roda yang terus berputar, tidak akan berhenti sebelum hari Kiamat datang.
Maxwell memberikan sebuah perumpamaan dengan kisah burung Parkit bernama Chippie. Persoalan burung tersebut dimulai ketika wanita pemiliknya memutuskan untuk membersihkan sangkarnya dengan menggunakan penyedot debu. Ketika telepon berdering, sang pemilik pergi menjawabnya, dan dengan suara keras, Chippie pun lenyap.
Sang pemilik buru-buru mematikan penyedot debunya dan membukanya. Chippie ada di dalamnya. Ia terkejut namun masih bernafas.
Melihat bahwa burung peliharannya penuh dengan debu, pemiliknya buru-buru membawanya ke bak mandi, di mana ia buka keran air dinginnya sekeras-kerasnya sambil memegangi burungnya itu.
Ketika itulah sang pemilik sadar bahwa hal itu malah memperparah keadaan, dan buru-buru ia hidupkan mesin pengeringnya untuk mengeringkan parkit kecil yang gemetar itu. Sejak saat itu, Chippie tidak banyak berkicau lagi.
Setelah menceritakan kisah burung Parkit ini, Maxwell memberikan komentar singkat yang cukup tajam, “Orang-orang yang tak dapat mengatasi masa lalunya adalah seperti Chippie. Mereka biarkan pengalaman negatif mewarnai cara hidup mereka sekarang.”
Apa yang dikatakannya, menurut Maxwell, bukan untuk meremehkan kejadian buruk yang pernah menimpa kita. Ya, tentu sungguh sangat menyedihkan ditinggal oleh orang-orang yang kita cintai, apalagi dalam sekejap seperti yang terjadi pada peristiwa bencana tsunami. Tiba-tiba ada suami yang kehilangan anak dan istrinya. Ada anak yang kehilangan ibu dan bapaknya. Tidak ada pegangan, tidak ada sandaran, tidak ada tempat untuk mencurahkan segala isi hati. Namun, janganlah tragedi itu membuat seseorang tidak lagi memiliki cara pandang yang positif, produktif, dan hidup sepenuhnya.
Lalu Maxwell memberikan beberapa contoh orang-orang yang berhasil keluar dari penyanderaan masa lalu yang buruk: Yang seorang dilahirkan dengan cacat hebat dan memutuskan bahwa dunia berhutang kepadanya, sementara yang lain seperti Roger Crawford malah menjadi petenis professional. Yang seorang mengidap AIDS dan menyerah dengan penuh kepahitan, sementara yang lain seperti Magic Johnson membangun bisnisnya dan menikmati kehidupan berkeluarga. Yang seorang mengakui pemerkosaan dan menarik diri, sementara yang lain seperti Kelly McGillis mengatasi pengalaman tersebut dan menjadi aktris yang sukses. Seberapa gelappun masa lalu seseorang, hal itu tidaklah perlu mewarnai masa sekarangnya secara permanen.
Saya tambahkan, setelah Rasulullah Saw. dan para sahabatnya mengalami kegagalan dalam perang Uhud, tidak menjadikan kegagalan tersebut sebagai kegagalan permanen. Justru dengan kegagalan tersebut akan terlihat di mana letak-letak kegagalan sehingga bisa memperbaikinya agar kejadian yang sama tidak terulang lagi dikemudian hari. Setelah beberapa tahun kemudian, Rasulullah Saw. berhasil menaklukan kota Mekah. Kota yang dulunya dikuasai oleh kafir Quraisy dan yang pernah mengalahkan pasukan Islam. Begitu indahnya kemenangan ini.
Semua kenyataan ini adalah semangat bagi kita untuk selalu optimis melihat masa depan dan tetap bekerja keras walaupun kita pernah merasakan getirnya kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar