Selasa, 28 Februari 2012

Melepas Belenggu Kesempurnaan


Kebutuhan untuk menjadi sempurna dan keinginan untuk mendapatkan ketenangan batin adalah dua hal yang saling bertentangan. Bukan merasa puas dan bersyukur atas apa yang kita miliki, kita malah terpaku pada kekurangan sesuatu hal dan keinginan untuk memperbaikinya. Bila kita selalu berpikir ada yang kurang, artinya kita selalu kecewa dan tidak puas.

Ketidakpuasan itu bisa berhubungan dengan tulisan yang kita buat. Karena selalu merasa tidak puas, tulisan pun urung dipublish, padahal bisa jadi tulisan itu bermanfaat bagi orang lain. Tulisan-tulisan kita yang kita tulis bertahun-tahun lamanya, hanya menjadi tumpukan sampah yang siap di delete bila hardisk sudah penuh. Sikap untuk selalu meributkan ketidaksempurnaan akan menjauhkan kita dari peningkatan kualitas tulisan yang kita buat.

Ini bukan berarti kita harus berhenti berusaha menghasilkan yang terbaik, tetapi kita sebaiknya tidak terlihat dan terpaku pada apa yang kurang dalam karya tulis kita. Selalu ada cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, tidak berarti kita tidak bisa menikmati atau menghargai cara yang sudah ada.

Pemecahannya, lepaskan diri kita sebelum terperangkap dalam tingkah laku memaksakan sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah ada. Ingatkan diri kita bahwa karya tulis yang kita buat adalah kreativitas kita, di mana orang lain tidak memilikinya. Bahkan, meskipun orang lain meniru gaya menulis kita, tidaklah sama persis dengan gaya menulis kita. Segala sesuatu akan baik-baik saja tanpa penilaian diri kita sendiri. Begitu berhasil menghilangkan keinginan untuk menjadi sempurna, maka menulis akan menjadi suatu kenikmatan tersendiri.

Bagaimana kau akan tahu kesulitan-kesulitannya menjadi manusia
jika kau selalu terbang melayang ke langit yang penuh kesempurnaan?
Di mana kau akan menanam benih kesedihanmu?
Para pekerja membutuhkan lahan untuk dibajak dan dicangkul,
bukan angkasa yang penuh taburan hasrat
(Syair dari Jalaluddin Rumi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar