Jumat, 24 Februari 2012

Mereka Mencintai dan Membelanya, Bagaimana dengan Kita?

Banyak sekali para sahabat yang menjadi pahlawan-pahlawan Islam, di antaranya: Thalhah bin Ubaidillah, Abu Dujanah, Hatib bin Abu Balta’ah, Sahal bin Hanif, Qatadah, Abdurrahman bin Auf, dan Malik bin Sinan. Inilah kisah tentang para pahlawan Islam yang gagah berani!

Pada saat Perang Uhud, Thalhah menjadikan tubuhnya sebagai tameng yang membentengi tubuh Rasulullah Saw. Dia membusungkan dadanya untuk menghadang anak panah yang melesat ke arah Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. berdiri di samping Thalhah sambil memegang kantung anak panah, dia berkata, “Sediakan anak panah sebanyaknya untuk Thalhah!” Beliau mencoba mengawasi dan melihat orang-orang. Lalu, Thalhah berkata, “Demi Ayah dan Ibuku, engkau tidak usah mengawasi, nanti anak panah musuh akan mengenai tubuh engkau. Biarlah leherku menjadi pelindung bagi lehermu. Kita berjalan bersama tanpa menggerakan tubuh.”

Dalam aksi kepahlawanan itu, gigi depan Thalhah patah, kepalanya terluka, lalu memanggul tubuh Rasulullah Saw. dengan tubuhnya hingga dapat menaiki bukit, dan setelah itu datanglah Abu Bakar dan Abu Ubaidah, maka Rasulullah saw berkata kepada keduanya: “Pada hari ini Thalhah ditempatkan di surga wahai Abu Bakar.”

Thalhah menderita lebih dari 70 bekas tusukan, panah dan pukulan, hingga salah satu jarinya ada yang putus.

Abu Dujanah berdiri dihadapan Rasulullah Saw.. Dia menjadikan punggungnya sebagai tameng demi melindungi beliau sehingga anak panah mengenai punggungnya, tetapi dia tetap bertahan dan tidak bergerak.

Adapun, Hatib bin Abu Balta’ah mengejar Utbah yang telah membuat gigi Rasulullah terpecah. Setelah dekat dia membabatkan pedangnya hingga Utbah mati.

Sementara itu, Sahal bin Hanif yang juga mahir di dalam memanah telah berjanji kepada Rasulullah Saw untuk berperang sampai titik darah penghabisan. Dia bangkit dan menerjang barisan orang-orang Musyrik.

Lalu ada Qatadah yang menjaga Rasulullah hingga matanya terkena panah! Kemudian Rasulullah Saw. mengobatinya dengan tangan beliau. Hingga sembuh bahkan pandangannya terasa lebih baik daripada mata yang sebelahnya.

Di samping Rasulullah juga berjuang habis-habisan Abdurahman bin ‘Auf. Giginya pecah dan tubuhnya dipenuhi luka, tidak kurang dari dua puluh luka menganga di tubuhnya. Salah satu luka tersebut di kakinya hingga jalannya menjadi pincang.

Malik bin Sinan tidak kurang pengorbanannya. Dia yang mengisap darah yang mengalir dari gigi Rasulullah. Saat Rasulullah Saw. menyuruhnya untuk memuntahkan darah tersebut, dia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memuntahkannya.” Kemudian dia maju melawan barisan musuh. Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang ingin melihat ahli surga, maka lihatlah lelaki itu.” Kemudian Malik bin Sinan meninggal dunia dalam perang itu sebagai syahid.

Hikmah

Begitu tingginya pengorbanan para sahabat Rasulullah Saw. dalam menjaga dan melindungi Rasulullah, meskipun nyawa taruhannya! Sungguh, kisah ini merupakan pelajaran berharga bagi kita, agar kita juga melakukan hal yang sama. Yaitu mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah, menjadi para pembela Islam dan mencintai Rasulullah walaupun musuh-musuh Islam tidak menyukainya.

Sungguh menyakitkan, ada orang yang berani menghina Rasulullah, membuat gambar-gambar yang buruk mengenai Rasulullah, menodai Rasulullah dengan tulisan-tulisan fitnah, menuduh Rasulullah yang bukan-bukan. Yang paling menyakitkan adalah perkataan muslim yang meremehkan hinaan orang-orang itu dan menganggap Rasulullah tidak perlu dibela! Mereka tidak membaca sejarah atau sengaja melupakannya atau menurut mereka hal itu tidak perlu diingat apalagi diamalkan.

Subhanallah, Rasulullah bukan hanya sekedar manusia yang harus dibela dari perbuatan zalim mereka, tetapi beliau adalah bagian dari ajaran Islam. Perkataan dan perbuatan beliau adalah Al-Hadits. Dan, Al-Hadits adalah sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an. Oleh karena itu, bagaimana bisa Islam tanpa Al-Hadits? Bagaimana bisa kita memahami Al-Qur’an tanpa Al-Hadits? Semakin jauh dari Rasulullah, semakin kita jauh dari Islam. Semakin membenci Rasulullah, berarti membenci Islam. Tidak mau membela Rasulullah, berarti tidak mau membela Islam.

Kita lihat banyak orang membela mati-matian seseorang. Berdemo menuntut pembebasan orang yang mereka bela. Bahkan rela beradu fisik dengan aparat keamanan. Padahal orang itu jelas-jelas terbukti bersalah! Tapi mereka tidak sedikitpun peduli bila Rasulullah dihina dan dizalimi, padahal Rasulullah adalah orang yang paling bertakwa, tak pernah berkata dusta, dan tidak bersalah.

Semoga kita menjadi para pembela Rasulullah dengan lisan, perbuatan, dan tulisan-tulisan kita. Sekalipun hanya bisa diam, di hati ini harus tertanam kuat kecintaan kepada diri Rasulullah dan jangan sampai menyetujui kezaliman terhadap diri beliau. Ketika kita dimintai tanggapan tentang penghinaan tersebut, maka kita katakan, itu perbuatan zalim yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang hatinya busuk atau oleh orang-orang yang tidak tahu tapi sok tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar