Saya membaca buku Bengkel Kreativitas karya Jordan E. Ayan. Saya dapati di dalamnya banyak hal menarik, salah satunya adalah tentang menulis catatan harian sebanyak tiga halaman di waktu pagi. Pemikiran ini dia kutip dari buku The Artist’s Way: Spiritual Path to Higher Creativity karya Julia Cameron.
Saya coba praktekkan nasihat ini, setiap hari, di waktu pagi. Saya pikir, waktu pagi atau setelah bangun tidur adalah saat yang tepat untuk menulis karena pada saat itu kondisi tubuh terasa segar bugar. Tiga halaman saya tulis, bahkan lebih. Saya menulis apa saja tanpa peraturan, tanpa syarat, tanpa batas subjek, tentang renungan-renungan, komentar-komentar dari buku yang telah saya baca, dan hal-hal lain yang menarik perhatian saya. Kegiatan ini merangsang saya untuk mengeluarkan banyak ide dan gagasan yang mendekam dalam pikiran saya. Dan ini juga membantu saya untuk dapat mengasah keterampilan saya dalam menulis.
Mungkin ada orang yang bertanya, mengapa harus tiga halaman, bukan kurang dari itu? Bagi sebagian orang menulis tiga halaman mungkin terasa berat. Saya tidak tahu persis mengapa harus menulis tiga halaman. Julia Cameron dan Jordan E. Ayan tidak memberitahukan alasannya. Jadi menurut saya, angka “tiga” bukanlah angka yang mutlak harus diberlakukan. Kita dapat saja menulis kurang dari itu, yang penting konsisten dilakukan setiap hari.
Sebagaimana yang telah saya tuliskan sebelumnya, menulis catatan harian sangat bermanfaat. Dan saya pikir hal ini juga akan Anda rasakan jika Anda melakukannya.
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl dalam bukunya yang berjudul Accelerated Learning, mengutip hasil penelitian Catherine Cox pada tahun 1920-an tentang 300 jenius dari sejarah. Cox menyelidiki kehidupan orang-orang terkenal seperti Sir Isaac Newton, Thomas Jefferson, dan Johann Sebastian Bach. Dia mencatat bahwa salah satu ciri seorang jenius – dia juga menunjukkan bahwa objek penelitiannya bukan hanya para penulis tetapi juga para jenderal, negarawan, dan ilmuwan – adalah kegemarannya mencatat pemikiran dan perasaan secara fasih dalam buku harian, puisi, dan surat kepada para sahabat dan keluarga. Di mulai sejak dini, kegemaran ini merupakan suatu disiplin yang dilakukan oleh para orang besar itu sepanjang hidupnya.
Edison, misalnya, menghasilkan sekitar 3 juta halaman catatan dan surat. Dan da Vinci telah menulis berjilid-jilid bloknote multidimensi yang sarat dengan sketsa dan diagram disamping pemikiran dan gagasannya. Para ulama pun demikian. Mereka tidak pernah melewatkan menulis dalam satu hari. Bahkan ketika di penjara sekalipun, mereka tetap menulis, seperti yang dilakukan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Ibnu Aqil menulis catatan hariannya sebanyak lebih dari 400 jilid yang diberi nama “Al-Funun“. Sekalipun demikian besarnya kitab ini, tetapi sayangnya kitab ini termasuk perbendaharan umat Islam yang hilang, belum diketahui sampai sekarang kecuali hanya satu jilid saja yang ditemukan di perpustakaan Paris dan dicetak dalam dua jilid pada tahun 1970-1971. (Muqoddimah Kamil Muhammad Khorroth terhadap Zahrul Ghushun min Kitabil Funun hlm. 6)
Ibnu Al-Jauzy menulis kitab “Shaidul Khatir“. Buku ini adalah buku catatan harian favorit saya. Di akhir buku beliau menulis, “Alhamdulillah, saya telah merampungkan apa yang ada dalam pikiran saya dalam bentuk tulisan.” Adh-Dhaguli menulis buku catatan hariannya “Qaidul Awabid” sebanyak 400 jilid. At-Tadzkirah oleh al-Kindi dalam lima puluh jilid. Majma’ Fawaid wa Manba’ Faraid oleh al-Miqrizi sebanyak seratus jilid. Tadzkirah Suyuthi sebanyak lima puluh jilid.
Peneliti Dr. Win Wenger melontarkan pertanyaan menarik yang layak kita renungkan, Mengapa orang-orang berbakat ini mengutamakan buku harian? Apakah karena mereka tahu sebelumnya bahwa mereka kelak akan menjadi orang terkenal dan ingin mewariskan catatan bagi sejarahwan mendatang? Apakah tulisan mereka hanya semata produk sampingan yang tak relevan dari otak yang sangat ekspresif – atau ego yang melonjak? Atau apakah guncangan, di dalam atau di luar diri, suatu mekanisme yang dengannya orang-orang yang tidak dilahirkan sebagai orang jenius di asuh dan diaktifkan secara sadar oleh otak unggulnya?
Wenger lebih cenderung pada interpretasi terakhir dan tentu berharga untuk dipikirkan. Dan ini memunculkan kesimpulan bahwa,orang yang yang rajin menulis catatan harian adalah orang yang memiliki tanda kejeniusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar