6. Disandingkan Namanya dengan Nama Allah dan Para Malaikat-Nya
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."(QS. Ali Imran: 18).
Keterangan: Syaikh Aidh al-Qarni berkata, “Keutamaan mana lagi yang lebih besar daripada menjadi orang yang namanya dipersandingkan oleh Allah Swt., dengan nama-Nya sendiri dan nama para malaikat-Nya ketika mempersaksikan tentang ketuhanan-Nya?” (Iqra Bismirabbik, hlm. 16).
7. Rasulullah Saw. Memulai Dakwah dan Berdakwah dengan Ilmu
Dakwah Rasulullah Saw. dimulai dengan ilmu, sebab Allah Swt. berfirman kepadanya, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan....” (QS. Muhammad: 19).
Imam Bukhari berkata dalam Shahih-nya, “Rasulullah Saw. memulai dakwahnya dengan ilmu, bukan dengan perkataan maupun perbuatan.” (Iqra Bismirabbik, hlm. 17).
Rasulullah bersabda, “Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama dibanding semua bintang. Sesungguhnya, ulama itu pewaris para Nabi. Seorang Nabi tidak mewariskan dirham dan dinar, akan tetapi ia mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia mengambil bagiannya yang banyak.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
“Ilmu adalah warisan para Nabi, para Nabi tidaklah mewariskan emas ataupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka telah mengambil bagian yang banyak.”(Shahihul Jami Al Albani 6297)
8. Hanya Orang Berilmu yang Dapat Memahami Ayat-Ayat Allah
“....dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut: 43).
Keterangan: Syaikh Aidh al-Qarni berkata, “Arti ayat di atas adalah, tidak ada yang dapat memahami ayat-ayat Tuhan, mencerna maksud-maksud ketentuan-Nya, dan mengetahui takwil dari berbagai kejadian yang ditimpakannya, kecuali orang-orang yang berilmu.” (Iqra Bismirabbik, hlm. 16).
Menurut Dr. Wahbah Zuhayli, yang dimaksud dengan “orang-orang yang berilmu” adalah orang yang memikirkan segala yang dibacakan kepada mereka dan segala yang mereka saksikan. (Lihat Al-Mausu’ah al-Qur’aniyyah al-Muyassarah)
9. Orang-Orang yang Ilmunya Mendalam, Beriman pada Ayat yang Muhkamat dan Mutasyabihat
“Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 7).
Keterangan: Di dalam ayat ini disebutkan tentang orang-orang yang mendalam ilmunya (rashikhuuna fil ilmi) akan beriman pada ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. Ayatmuhkamat adalah ayat yang hanya mempunyai satu penafsiran, seperti ayat, “Janganlah kalian mendekati zina...” (QS. al-Isra: 32) inilah pokok-pokok Al-Qur’an yang berlaku. Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat yang mengandung banyak penafsiran, seperti ayat,“(Yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thaha: 5) dan ayat,“Tangan Allah di atas tangan mereka...” (QS. al-Fath: 10) serta ayat-ayat tentang Hari Kiamat, hakikat ruh dan sebagainya. (Lihat Al-Mausu’ah al-Qur’aniyyah al-Muyassarahkarya DR. Wahbah Zuhayli)
Dalam surat an-Nisa ayat 162 juga disebutkan kalimat “orang-orang yang mendalam ilmunya” (وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ) akan beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya. Jadi, untuk mencapai kedudukan beriman pada ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, seseorang harus berilmu mendalam. Wallahu a’lam.
10. Orang-Orang yang Ilmunya Mendalam, Beriman pada Al-Qur’an dan Kitab-Kitab Sebelumnya
“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” (QS. an-Nisa: 162).
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Saba: 6).
Dalam QS. Saba: 6 ini, Allah Swt. menjelaskan tentang orang-orang berilmu bahwa mereka melihat apa yang diturunkan Allah kepadanya sebagai kebenaran. Ini sekaligus sanjungan Allah Ta’ala untuk mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar