Sebagian orang ada yang berpandangan bahwa penyebab Nabi Adam dan Hawa terusir dari surga adalah godaan Hawa kepada Nabi Adam untuk memakan buah khuldi. Saya kemudian menelusuri benar/ tidaknya pandangan seperti itu.
Allah Swt. berfirman, “Dan Kami berfirman: ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim’.” (QS. Al-Baqarah: 35)
Dalam ayat ini terlihat jelas bahwa Allah telah memberi perintah yang sama kepada Nabi Adam dan Hawa untuk tidak mendekati pohon tersebut. Walaupun Allah berfirman, “Hai Adam” maksudnya bahwa perintah pertama disampaikan kepada Nabi Adam, karena Adam adalah Nabi dan Rasul-Nya tapi bukan berarti hanya Nabi Adam sendiri yang hanya mendapat perintah itu. Dalam potongan ayat selanjutnya “Wala taqrobaa” artinya “dan janganlah kalian berdua mendekati” “fatakuunaa” artinya “maka kalian berdua“. Di sinilah letak keadilan Allah. Masing-masing pihak bertanggung jawab atas apa yang telah mereka perbuat. Bukan karena kesalahan satu orang, lalu ditimpakan kesalahan tersebut pada orang lain.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:”Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-Baqarah: 36)
Dari ayat ini terlihat jelas bahwa godaan bukan datang dari Hawa melainkan dari setan. Hawa bukanlah satu-satunya orang yang memakan buah terlarang itu ataupun yang punya inisiatif melakukannya. Kesalahan disebabkan oleh mereka berdua, dan mereka berdua pun menyesali perbuatannya serta memohon ampun pada Allah, “Keduanya berkata: ‘Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi’. “ (QS. Al-A’raf: 23)
“Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 141)
Ayat di atas dengan jelas membantah dengan tegas tentang adanya dosa warisan Nabi Adam dan Hawa kepada keturunannya.
Dari sinilah awal pelajaran berharga tentang kesetaraan pria dan wanita di sisi Allah. Yang membedakan keduanya dan anak keturunannya adalah takwa kepada Allah. Semoga dari uraian singkat ini kita dapat memahami dan meluruskan pandangan yang salah tentang penyebab terusirnya moyang kita dari surga dan bagaimana Islam sangat menghormati kedudukan seorang wanita. Kita juga dapat saling menghormati bukannya saling menyalahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar