Selalu merasa tidak puas dengan apa yang ada adalah ciri orang yang serakah. Orang seperti itu menghabiskan waktu untuk meraih materi duniawi. Sementara urusan akhirat dia lalaikan. Dia mampu menata dunia yang fana, tetapi tidak mampu menata akhirat yang baqa.
Bila memberi, pelitnya bukan main. Berpikir seribu kali untung-ruginya. Tetapi bila untuk kesenangan pribadinya, tak segan-segan dia habiskan untuk berbuat maksiat. Setelah itu dia baru menyadari hartanya telah berkurang. Padahal dialah yang menghabiskannya sendiri! Begitulah seterusnya, dia terjebak dalam lingkaran setan yang tak berujung. Untuk menambah hartanya yang hilang itu, dia melakukan hal-hal yang diharamkan. Dia gelisah pada urusan duniawi, tetapi sedikit sekali memikirkan urusan ukhrowi. Bila diingatkan, dia menyingkir dan menjauh seolah baru saja mendengar berita buruk.
Ternyata materi duniawi bukanlah ukuran untuk menunjukkan seseorang mulia atau hina. Bila materi duniawi yang menjadi ukuran, apa bedanya kita dengan kelompok hewan? Bila materi duniawi yang menjadi ukuran, tidak akan ada keadilan. Orang miskin "menyembah" orang kaya karena kehinaan yang melekat padanya. Bila materi duniawi yang menjadi ukuran, tak ada lagi kasih sayang dan berbagi pada sesama.
Tetapi bila takwa yang menjadi ukuran, para raja pun bisa tunduk pada para hamba dan rakyat jelata! Tidak semua orang kaya bertakwa, tetapi semua orang bertakwa itu kaya. Hidup orang bertakwa penuh dengan qonaah sehingga merasa berkecukupan walaupun miskin harta.
Sedangkan orang yang tidak bertakwa selalu merasa kekurangan walaupun kaya harta. Dia memandang kekosongan, tidak memandang apa yang telah ada padanya. Dia memandang kekurangan, tidak memandang apa yang telah Allah berikan kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar