Selasa, 28 Februari 2012

Mereka Bilang Agama Membawa Kesengsaraan

Dr. T. Campbell, psikolog yang melakukan penelitian tentang hubungan psikologi dengan agama, menyimpulkan bahwa agama memberikan sumbangan yang sangat besar dalam membantu mengatasi penderitaan manusia. Prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama merupakan resep hidup yang telah dikembangkan, diuji, dan ditapis melalui ratusan generasi sejarah sosial umat manusia.

Kehidupan macam apa yang dimasak dengan resep agama? Kehidupan yang bahagia. Di dalam Al-Qur’an, di antara kata yang paling tepat menggambarkan kebahagiaan adalah aflaha. Pada empat ayat Al-Qur’an, yaitu: 20: 64, 23: 1, 87: 14, 91: 9, kata itu selalui didahului kata penegas qad sehingga berbunyi qad aflaha,sungguh telah berbahagia. Kata ini adalah derivasi dari akar kata falah.

Kamus-kamus bahasa Arab klasik merinci makna falah sebagai berikut: kemakmuran, keberhasilan, atau pencapaian apa yang kita inginkan atau kita cari; sesuatu yang dengannya kita berada dalam keadaan bahagia atau baik; terus-menerus dalam keadaan baik; menikmati ketenteraman, kenyamanan, atau kehidupan yang penuh berkah; keabadian, kelestarian, terus-menerus, keberlanjutan.

Kita selalu diingatkan, paling tidak sepuluh kali, muadzin di seluruh dunia meneriakkanhayya ‘alal falah, marilah meraih kebahagiaan. Sebelumnya mengumandangkan katahayya alash shalah, marilah kita shalat. Bahwa di dalam shalat ada kebahagiaan. Jadi, suara muadzin itu sudah cukup jadi bukti bahwa agama Islam memanggil umatnya setiap saat untuk meraih kebahagiaan.

Derivasi selanjutnya dari aflaha adalah yuflihu, yuflih ani, yuflihuna, tuflihu, tuflihani, yuflihna, dan tuflihuna (kata ini disebut beberapa kali dalam Al-Qur’an dan selalu didahului dengan kata la’allakum tuflihuun, agar supaya kamu berbahagia). Dengan melihat ayat-ayat yang berujung dengan la’allakum tuflihuun, kita diberi pelajaran bahwa semua perintah Tuhan dimaksudkan agar kita bahagia. Allah Swt. berfirman:

“…dan bertakwalah kepada Allah agar kamu berbahagia.” (QS. Al-Baqarah: 189)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat kebahagiaan.”(QS. Ali Imran: 130)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu berbahagia.” (QS. Ali Imran: 200)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat kebahagiaan.” (QS. Al-Maidah: 35)

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat kebahagiaan.” (QS. Al-Maidah: 90)

Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat kebahagiaan.” (QS. Al-Maidah: 100)

“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat kebahagiaan.” (QS. Al-A’raf: 69)

“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu berbahagia.” (QS. Al-Anfal: 45)

Setelah menjelaskan hukum berjilbab, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu berbahagia.” (QS. An-Nuur: 31)

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu berbahagia.”(QS. Al-Jumu’ah: 10)

Ayat-ayat di atas tidak saja menunjukkan bahwa tujuan akhir dari semua perintah Allah adalah supaya kita berbahagia, tetapi juga rincian perbuatan yang bisa membawa kita kepada kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar