Sesungguhnya bila kita mengambil mutiara hikmah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka tidak akan ada habis-habisnya. Setiap kali membacanya, kita akan menemukan hikmah di dalamnya. Begitupun seterusnya. Dan, bisa jadi hikmah itu berlainan bentuknya namun tetap dalam koridornya.
Tidaklah mengherankan bila ada ulama yang membaca berulang-ulang satu ayat Al-Qur'an selama berjam-jam. Dia merasa tersentuh dengan ayat itu dan menemukan makna yang baru setiap kali membacanya, seolah sedang mengawasi perjalanan hidupnya. Makna-makna itu kemudian menghujam ke dalam lubuk hatinya yang paling dalam, sehingga seringkali membuatnya menangis.
Tapi Al-Qur’an tidak mungkin menyatu pada diri orang fasik dan munafik. Mereka tidak akan mendapatkan hikmah Al-Qur’an kecuali mereka bertaubat kepada Allah Swt. Karena, hanya orang yang berimanlah yang mendapatkan petunjuk Al-Qur’an. Sebagaimana telah dikatakan oleh Al-Qur’an itu sendiri.
Bagi orang-orang yang beriman, Al-Qur’an selalu hidup di setiap zaman. Al-Qur’an adalah Kitab Zaman Kita. Kitab Zaman saya dan Anda, sebelum saya dan Anda serta sesudah saya dan Anda. Ia akan selalu memberikan kesegaran dalam hal pemikiran sehingga orang-orang beriman akan selalu mengutipnya, menjadikannya landasan berpijak dan menjadikannya inspirasi utama dalam kehidupan.
Janganlah heran bila kedua rujukan ini telah menjadikan umat Islam berada di masa keemasan. Al-Qur’an dan As-Sunnah sebegai penjelas Al-Qur’an telah memberikan cahaya penerang bagi umat ini yang sebelumnya hidup dalam masa kebodohan. Al-Qur’an dan As-Sunnah menyeruak ditengah pemikiran sesat Romawi dan Persia. Kemudian dengan daya dorongnya yang luar biasa mampu melaju dengan cepat melibas keduanya. Hingga yang tersisa adalah melemahnya pengaruh keduanya di tengah umat Islam pada masa itu.
Kita berdoa kepada Allah Swt. semoga kita mendapat penjagaan dari-Nya untuk senantiasa istiqomah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, kapanpun dan di mana pun kita berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar