Sahabatku, dalam hidup ini, kita harus memilih. Yaitu memilih ketaatan atau kedurhakaan. Kita tidak pernah lepas dari dua pemikiran itu. Karena, kita masih hidup di dunia. Dunia adalah tempat bercocok tanam amal, sedangkan akhirat nanti adalah waktu kita memanen amal tersebut.
Masing-masing dari pilihan kita mengandung konsekuensi. Ketaatan memiliki konsekuensi ketekunan, konsistensi, niat yang lurus, kesabaran hingga tubuh terasa lemah menanggung beban. Sedangkan kemungkaran mengandung konsekuensi sebaliknya, kesenangan sementara, berbuat semaunya, tidak taat aturan, menghalalkan segala cara, mudah marah, dan selalu ingin enak.
Seperti halnya ketika kita berpuasa sunah, sementara orang lain tidak berpuasa dan sedang asyik makan dan minum. Kita harus sabar, kadang badan ini lemah menanggung beban puasa. Tapi, buah yang dirasakan sungguh sangat manis. Buah itu akan kita rasakan di dunia dan di akhirat. Konsekuensi berupa penderitaan dalam menempuh jalan mujahadah hanya bersifat sementara, karena buah yang kita peroleh abadi.
Begitu pun dengan kebiasaan shalat malam, shalat fardhu berjamaah, membaca doa dan dzikir selepas shalat, membaca al-Quran satu juz setiap hari, membaca buku setiap hari, berkarya setiap hari, diam dari perkataan yang sia-sia, berbicara yang baik-baik saja, mengendalikan amarah, berolah raga, semua aktivitas itu akan membentuk karakter kita. Begitupun kebiasaan-kebiasaan negatif yang sering kita lakukan, maka hal itu juga akan membentuk karakter kita.
Kebiasaan positif menghasilkan karakter yang positif pula, sedangkan kebiasaan yang negatif menghasilkan karakter yang negatif. Jika kita berteman dengan seseorang yang memiliki karakter yang positif, dia pasti memiliki kebiasaan-kebiasaan yang positif. Hal ini adalah sunnatullah, seperti halnya karakter besi tumpul tidak dapat memotong, sedangkan karakter besi yang biasa di asah menjadi begitu mudah memotong.
Kita harus menekan syahwat kita, sehingga yang terisi adalah cahaya petunjuk. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada orang yang sanggup mnyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan Allah, tidak ada orang yang sanggup memberinya petunjuk.
Ingatlah dan renungkanlah bahwa kebaikan-kebaikan akan sangat banyak kita peroleh, setelah kita menekan syahwat kita. Kebaikan itu mengalahkan lemahnya badan, mengalahkan penderitaan dalam menempuh perjalanan, dan mengalahkan kerinduan pada kemaksiatan. Mungkin saja jalan yang ditempuh terlihat panjang, sehingga kita tidak sabar ingin segera memetik buahnya. Tapi itu hanya pandangan kita sekilas saja. Sesungguhnya jika kita merenungkan kembali secara mendalam, sesungguhnya hanya jalan itulah yang sangat cepat untuk dapat memetik hasilnya. Jalan yang lurus adalah jalan yang terpendek dan tercepat.
Sedangkan jalan syahwat adalah jalan yang berliku-liku, dilihat ada padahal tiada. Semuanya fatamorgana. Semakin di minum, semakin haus. Tidak menambah kepuasan dan mengenyangkan perut. Kita melihat jalan itu adalah jalan kenikmatan padahal kenikmatan itu hanya fatamorgana. Kenikmatan ini hanya berujung pada petaka. Pandangan kita telah dikelabui oleh setan yang membuat indah perbuatan buruk dan membuat buruk perbuatan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar