Salah seorang teman saya pernah mengkritik dengan sangat kasar sebuah majalah Islam, yang menurutnya terlalu fanatik dan mengagungkan Hasan al-Banna. Katanya, hal ini terlihat dari setiap edisi majalah tersebut.
Jujur saja, saya adalah pengagum Hasan al-Banna. Saya tidak terima dengan kritikannya yang tidak jujur itu. Namun pada saat itu saya hanya bisa diam, karena saya merasa belum memiliki bekal untuk bisa menyanggah kritikannya. Pada waktu itu, yang tersimpan dalam hati hanya rasa sedih dan kecewa.
Rasa penasaran saya membuat saya membuka belasan eksemplar majalah Islam tersebut. Lalu saya mengeceknya, apakah benar apa yang dikatakan teman saya itu. Kenyataannya, tidak saya temukan apa yang teman saya sangka. Memang benar majalah itu banyak menyebutkan Hasan al-Banna, tapi tidak pada setiap edisi! Lagi pula tidak saya temukan majalah itu mengagung-agungkan Hasan al-Banna. Mereka hanya mengutip perkataannya. Dari perkataannya pun, tidak saya temukan sesuatu yang negatif. Ingin rasanya saya membantah sangkaan teman saya itu, tapi sayang, saya tidak bertemu dengannya lagi. Tapi setidaknya uneg-uneg saya ingin saya sampaikan di sini, agar jelas dan lega jiwa saya.
Sahabatku, jika kita sudah membenci seseorang, karya-karya dan pemikiran orang tersebut pun akan kita benci. Padahal pemikirannya sangat bagus, positif dan mengandung banyak kebaikan. Sedikit saja kesalahan yang pernah dilakukan orang tersebut, kita sudah memvonisnya sama dengan vonis yang ditujukan pada para penjahat. Padahal kebaikannya jauh lebih banyak dari kesalahannya. Itulah, kebencian telah menutupi mata hatinya dari melihat kebenaran yang sesungguhnya. Imam Ali pernah berkata, “Alhaqqu la yu’rafu bir rijal, la ta’rifil haq, ta’rifur rijal – Al-Haq itu tidak bisa dilihat dari sosok atau dari ketokohan. Tapi kenalilah al-Haq, maka Anda akan mengenali tokoh itu.”
Siapakah Hasan al-Banna yang dia benci? Apakah tokoh yang satu ini pantas kita benci? Demi Allah, dia adalah seorang ulama hanif (lurus) perilakunya, yang telah mengorbankan jiwa-raganya untuk kemuliaan Islam. Dia adalah salah satu tokoh yang telah membangkitkan Islam dan umatnya dari tidur yang panjang. Dia lahir dan dibesarkan di bawah hidayah rabbani dan mati dalam keadaan syahid. Insya Allah. Perjuangan dan pengabdiannya terhadap Islam sudah diakui oleh banyak tokoh dan ulama. Ulama-ulama besar seperti Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Abdullah Azzam, Yusuf al-Qaradhawi, Muhammad al-Ghazali, Sayyid Sabiq, Sa’id Hawwa adalah di antara murid-muridnya. Siapakah yang tak mengenal mereka? Siapakah yang melupakan perjuangan mereka baik dalam ilmu, jihad, dakwah dan ibadah? Bahkan para lawannya juga mengakui ketokohannya. Sesungguhnya membenci para ulama saleh sama saja membenci Allah dan Rasul-Nya!
Jangan, jangan sampai kita membenci para ulama saleh yang sudah jelas-jelas ketaatannya pada agama, sementara kita mencintai musuh-musuh Islam. Insyafkanlah diri jika terjadi demikian. Sesungguhnya para ulama itu datang dengan membawa kebaikan, sementara musuh-musuh Islam datang dengan membawa kejahatan. Di mana akal dan hati nurani jika ternyata kita lebih mencintai musuh-musuh-Nya?
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَآءَكُم مِّنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَن تُؤْمِنُوا بِاللهِ رَبِّكُمْ إِن كُنتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَآءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَآأَخْفَيْتُمْ وَمَآأَعْلَنتُمْ وَمَن يَفْعَلْهُ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِيلِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. al-Mumtahanah [60]: 1).
Mari sejenak kita berdoa: Rabbanaghfirlanaa wali ikhwaninalladziina sabaquunaa bil iimaani walaa taj’al fii quluubinaa ghillal lilladziina ‘aamanu rabbanaa innaka raufur rahiim. Ya Allah Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman: Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar