Sungguh meraih hikmah itu bukan suatu pekerjaan yang mudah. Kita membutuhkan perjuangan untuk mendapatkannya. Karena hikmah itu bukan hanya ilmu, tetapi juga amal serta menanamkan keikhlasan di dalam hati. Ketika kita berhasil memadukan antara ilmu-amal-ikhlas, kita akan merasakan hikmah itu menyusup ke dalam pikiran kita.
Ketika hati saya mulai condong pada kemaksiatan, saya merasakan hikmah itu tertutup pada diri saya. Sekeras apapun saya mengambilnya, saya tidak bisa. Sampai saya bertekad kuat keluar dari godaan setan tersebut. Tekad itu mengalahkan setiap bisikan setan yang terkutuk. Tidak ada lagi bisikan yang menjerumuskan, yang ada hanyalah bisikan yang membangkitkan ghirah mujahadah.
Tidak ada jalan lain bagi orang yang ingin meraih hikmah, kecuali meluruskan perkataan dan perbuatannya. Jika ia tidak mampu, maka ia tidak akan mendapatkannya secuil pun. Usaha kerasnya hanya menghasilkan rasa lelah. Sedangkan orang yang bermujahadah melawan nafsunya akan menikmati setiap amal yang dilakukannya.
Buku yang kita baca, ilmu yang kita raih, ceramah yang kita dengar, hanya akan berlalu dihadapan kita tanpa membekas di dalam jiwa kita jika kita tidak sadar dan hadir ketika melakukannya. Apa yang kita dengar hanya masuk telinga kanan, keluar ke telinga kiri. Apa yang kita baca hanya baris-baris kalimat tanpa makna yang tidak menyentuh hati kita. Bukan karena kalimat-kalimatnya tanpa makna, tetapi kondisi hati kita yang tidak siap menerimanya.
Bagi orang-orang saleh, apa yang dibaca, dilihat, dan didengarnya, bisa menjadi hikmah dan hidayah bagi dirinya. Karena ia melihat dan mendengar dengan mengikut sertakan mata hatinya, bukan sekedar membaca kata-kata. Kadang, ketika menemui satu kalimat saja yang menggugah, sudah membuatnya merenung dan tersadar. Dan dari satu kalimat itu, kemudian hadirlah puluhan hingga ratusan kalimat sebagai petikan hikmah dari kalimat yang dibacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar