Sebuah bangsa akan mengalami kejayaan manakala rakyatnya menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebaliknya, sebuah bangsa akan terpuruk apabila rakyatnya terjerumus pada kemaksiatan dan mengabaikan perintah Allah.
Kekalahan yang dialami bangsa Romawi oleh kaum muslimin disebabkan mereka telah banyak melakukan kemaksiatan. Kemaksiatan itu menggerogoti akal dan hati mereka. Tubuh mereka kekar dan kuat, namun tidak bisa digunakan pada saat mereka membutuhkannya. Mereka menjadi kaum yang cinta dunia dan takut mati. Sementara kaum muslimin ketika itu, akal dan hati mereka dipenuhi keimanan yang mendalam. Sekalipun jumlah mereka sedikit, mereka adalah orang-orang yang paling pemberani di dunia ini. Mereka, seperti kata Khalid bin Walid Ra., adalah kaum yang lebih mencintai mati ketimbang hidup. Karena kaum muslimin mengharapkan balasan surga sementara orang-orang kafir tidak tahu mengapa mereka harus berperang. Orang-orang kafir tidak punya keyakinan yang kuat untuk tetap bertahan di garis depan medan perang.
Abdurrahman bin Zubair bercerita tentang apa yang ia dengar dari ayahnya, “Tatkala Ciprus ditaklukkan oleh kaum muslimin, tiba-tiba mereka banyak yang menangis. Aku melihat Abu Darda duduk menangis sendirian. Aku bertanya kepadanya, ‘Wahai Abu Darda, apa yang membuatmu menangis di hari Allah memuliakan Islam dan pemeluknya?’ Ia berkata, ‘Celaka kamu wahai Zubair, betapa hinanya makhluk di sisi Allah jika mereka mengabaikan perintah-Nya. Kamu tahu mereka sebelumnya adalah umat yang kuat dan pemenang, akan tetapi karena mereka meninggalkan perintah Allah, maka kamu lihat seperti apa mereka sekarang’.”
Kemaksiatanlah yang lebih ditakuti Abu Darda daripada merayakan kemenangan yang bisa saja hilang dalam sekejap. Dengan melakukan kemaksiatan, seseorang dan sebuah bangsa akan menjadi hina, terpuruk, mengalami gejolak dan krisis baik dari skala mikro maupun makro. Sejarah yang terjadi pada bangsa-bangsa yang dibinasakan hendaknya dapat kita jadikan pelajaran. Negara kita juga kini sedang menghadapi krisis multidimensi. Sesungguhnya hal itu terjadi karena banyaknya dosa yang telah dilakukan rakyatnya.
Selama perzinaan merajalela, maka tunggulah masa kehancuran bagi sebuah bangsa. Setiap individu harus dengan tegas menolak perzinaan dan hal-hal yang menjurus pada perzinaan. Karena Allah telah berfirman agar kita jangan mendekati zina. Mendekat saja sudah tidak boleh, apalagi melakukannya? Ya Allah, jagalah kami dari mendekati zina karena hal itu hanya mengundang murka-Mu.
Kita harus membuat peraturan-peraturan yang mencegah terjadinya perzinaan ini. Kita tidak memerlukan pajak yang banyak dari hasil perzinaan tersebut, karena azab Allah jauh lebih besar dari apa yang telah kita dapatkan. Sesungguhnya keberkahan itu datangnya dari Allah, bukan dari manusia, syetan, jin, atau yang lainnya. Barangsiapa yang telah mendapatkan keberkahan itu, maka tidak ada satupun makhluk yang dapat menghalangi. Sebaliknya, barangsiapa yang dijauhi dari keberkahan itu, maka tidak ada satupun makhluk yang dapat memberikannya. Allah Swt. berfirman dalam surat al-A’raf ayat 96,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Ada pula bangsa yang diberi banyak kenikmatan namun tidak disyukuri oleh rakyatnya. Mereka melakukan banyak kemaksiatan. Mereka terus melakukan kemaksiatan itu. Disisi lain, Allah terus-menerus memberikannya banyak kenikmatan. Tapi, mereka tidak henti-hentinya berbuat maksiat. Berhati-hatilah dengan hal yang demikian karena hal itu adalah istidraj. Yaitu Allah hendak mengolok-ngolok dan menjerumuskan mereka semakin dalam karena dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Hingga pada suatu ketika segala kenikmatan itu akan lenyap dan berganti dengan penderitaan yang berkepanjangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar