Mengapa engkau malas shalat? Bukankah Allah akan memberikan kita kebahagiaan sebagaimana yang diperdengarkan lewat kumandang adzan: hayya alal falah – mari meraih kebahagiaan? Mengapa hati tidak menangis takut dan tunduk pada setiap seruan-Nya padahal seruan itu untuk kebahagiaan dirinya? Kita malas berdzikir padahal dzikir dapat membuat hati kita tentram. Kita malas merenungkan ayat-ayat al-Quran padahal Allah tidak akan mengadzab hati orang-orang yang senantiasa memperhatikannya.
Wahai sahabatku, dunia ini adalah fana dan sesaat lagi akan berakhir. Kelak di akhirat sana kita akan hidup kekal abadi. Entah apa yang terjadi kelak, kesedihan atau kegembiraan yang akan hadir. Entah apa yang terlihat kelak, wajah yang menghitam atau wajah penuh cahaya. Jika akhirat adalah tempat istirahat kita yang abadi, tentu dunia ini adalah tempat kita bekerja. Apa yang kita lakukan selama di dunia, itulah yang akan kita semai diakhirat nanti. Jika kita bermalas-malasan di dunia ini, apakah kita akan dapat beristirahat di akhirat nanti? Jika demikian, akhirat bukanlah tempat yang cocok untuk kita beristirahat, terimalah azab-Nya yang menyedihkan hati sehingga engkau tidak akan beristirahat selama-lamanya.
Ahmad bin Ishaq as-Shabghi sering sekali berdoa dan menangis setelah adzan. Dan sahabatnya tidak melihat orang yang lebih baik shalatnya daripada dia, dan dia tidak pernah membiarkan seorang pun untuk menggunjing di majelisnya. Abu Hasan an-Nahsyali jika mendengar adzan warna mukanya berubah, dia membiarkan matanya menangis. Ketika ditanya dia menjawab, “Aku samakan ini dengan suara lengkingan pada hari penampakan segala amal (Kiamat).”
Aduhai betapa banyak dosa-dosa dan betapa sedikitnya amal shalih yang kita lakukan. Penyesalan orang-orang beriman diakhirat nanti – sebagaimana disebutkan hadits Nabi Saw. – adalah karena kurangnya mereka dalam mengingat Allah. Sementara penyesalan orang-orang kafir adalah mengapa mereka tidak beriman sehingga sia-sialah amal mereka. Tidakkah engkau sadari itu? Allah telah memberi kita janji yang benar, kita mengetahui janji itu, namun kita tidak meyakininya dilubuk hati yang paling dalam, sehingga hati ini seolah-olah mengatakan bahwa Allah telah berdusta. Naudzubillah tsumma naudzubillah!
Wahai orang-orang yang merindukan kebahagiaan, sambutlah segala seruan Allah itu dengan hati riang gembira. Bangunlah dari tidurmu. Jangan engkau kembali bermalas-malasan padahal sudah terdengar seruan-Nya. Jangan engkau merasa terpaksa karena hal itu hanya akan memberatkan langkahmu. Bukankah Allah telah memberimu hidangan, namun mengapa engkau yang lapar enggan mengambilnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar