Minggu, 11 Maret 2012

Mengamalkan Ilmu

Sahabatku, ilmu tidak akan berguna jika tidak diamalkan. Ini adalah ketetapan yang harus kita ikuti hari demi hari, tahun demi tahun, sampai kita mendapatkan buahnya.

Ilmu akan menuntut jika kita tidak mengamalkannya. Tetapi ilmu akan membela jika kita mengamalkannya, sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Saw., “Ilmu itu akan memuji bila diamalkan, bila tidak ia akan pergi.” Yakni pergi keberkahannya sehingga tinggal tuntutannya. Yakni pergi pertolongannya dan pasti ia akan datang kepada-Nya untuk menuntut kita. Jika ilmu pergi yang tinggal hanya kulitnya. Adapun isi ilmu adalah amal. Kita tidak mengikuti Rasulullah jika kita tidak mengamalkan sabdanya. Jika kita mengamalkan perintah-Nya, maka hati dan nurani kita akan datang pada Tuhan. Ilmu telah memanggil kita, tetapi kita tidak mendengarnya, karena ia tidak meresap di hati.

Dengarlah ia dengan telinga, hati dan nuranimu. Terimalah seruannya agar engkau memperoleh manfaat darinya. Ilmu yang diamalkan akan mendekatkan diri kepada Allah, Dzat yang menurunkan ilmu. Kedua matamu akan menangis, dan hatimu penuh dengan rasa takut. Simaklah kisah Utsman bin Affan yang mengkhatamkan al-Quran dalam sekali shalat. Ali yang menangis di malam hari di mihrabnya, hingga jenggotnya basah oleh airmata, sambil berkata, “Wahai dunia, perdayalah orang-orang selain aku!” Bukankah Sa’id bin al-Musayyab selalu berada di masjid hingga tak sekalipun kehilangan shalat berjamaah selama 40 tahun?

Pikirkanlah olehmu bagaimana al-Aswad bin Yazid berpuasa hingga wajahnya kuning dan sekali waktu bahkan membiru? Renungilah perkataan Bintu al-Rabi bin Khaitsam kepada ayahnya, “Kenapa ayahanda tidak tidur seperti yang lain?” Sang ayah menjawab, “Sesungguhnya ayahmu takut akan azab yang datang secara tiba-tiba di malam hari.”

Perhatikanlah ulah Abu Muslim al-Khulani yang menggantung sebuah cemeti di masjid untuk mencambuk dirimya sendiri jika ia merasa malas kepada Allah Swt.. Ingatlah kelakuan Abu Sulaiman ad-Darani ketika hatinya mulai tidak ikhlas, tubuhnya dipukul-pukul sambil berkata, “Ikhlaslah, berusahalah untuk ikhlas!” Camkanlah perkataan Yazid ar-Raqqasy yang berpuasa selama empat puluh tahun, “Para ahli ibadah telah mendahuluiku, mereka telah jauh meninggalkanmu.” Demikian pula Manshur bin al-Mu’tamir yang berpuasa selama empat puluh tahun seperti Yazid.

Bagaimana pendapat engkau tentang Sufyan ats-Tsaury yang menangis kepada Allah Swt. dengan airmata darah karena rasa takutnya yang luar biasa. Begitupun dengan Ibrahim bin Adham, bagaimana ia bisa sampai buang air darah karena rasa takutnya kepada Allah? Perhatikan pula kabar dan perjalanan hidup empat Imam yang masyhur: Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad, sungguh betapa tingginya kualitas ibadah dan zuhud mereka.

Wahai sahabatku, lihatlah alam semesta ini. Jadikanlah ciptaan-ciptaan Allah Swt. sebagai dalil, dan renungkanlah ia, maka engkau akan sampai pada penciptanya. Seorang mukmin yang yakin dan arif memiliki dua mata, yaitu zhahir dan batin. Mata zhahir memandang ciptaan Allah secara lahiriah dan materi, sedangkan mata batin memandangnya dengan keimanan. Hijab dihatinya akan hilang sehingga dia menjadi dekat dan dikasihi. Bagi orang-orang yang dikasihi tidak ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Ketika hijab telah dibuka dari hatinya, maka ia akan jauh dari hawa nafsu dan syetan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar