Jika kita amati secara mendalam apa yang ada disekeliling kita; manusia, pepohonan, dan hewan-hewan, maka akan kita temukan bahwa semuanya memiliki hikmah yang sangat besar.
Kita diberi akal oleh Allah untuk dapat mengeksplorasi alam semesta ini. Dengan akallah, rasa ingin tahu itu tumbuh. Rasa ingin tahu sangat bermanfaat jika ia ditempatkan pada jalur yang benar. Rasa ingin tahu terhadap fenomena-fenomena alam, misalnya, merupakan rasa ingin tahu yang positif dan diperintahkan Allah.“…Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. al-Mulk [67]: 3).
Disamping itu, manusia juga diberi hati, di mana keimanan diletakkan di dalamnya. Hati dan akal saling memberi secara timbal balik. Jika keduanya telah sempurna pada diri kita, sempurna pula kepribadian kita. Jika keduanya mati atau salah satu dari keduanya mati, maka mati pula seluruh atau sebagian besar potensi yang ada dalam diri kita.
Namun biarpun demikian, keimanan harus lebih didahulukan ketimbang akal. Akal berhubungan dengan jasad (tanah), sedangkan keimanan (ruh) berhubungan dengan Allah. Akal sering kali tidak mengetahui hikmah di balik sesuatu karena memang kemampuan akal sangat terbatas. Sekalipun demikian, jangan sampai kita terjerumus dengan anggapan bahwa Allah tidak menciptakan segala sesuatunya dengan hikmah. Di sinilah posisi keimanan kita berperan. Keimanan telah memfasilitasi ketidaktahuan itu dalam jalur yang benar. Justru, orang yang menolak hikmah Allah diposisikan sebagai orang yang kurang akal. Allah Swt. berfirman, “Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.” (QS. al-Jin [72]: 4).
Pada awal mulanya orang-orang mungkin berkata, alang-alang yang sering kita lihat dipinggir jalan, adalah tumbuhan yang tidak bermanfaat. Keimanan kemudian mengatakan, “Tidak! Tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia.” Kemudian akal kita merenungkannya sekali lagi, dengan pengamatan dan penelitian, ternyata alang-alang memiliki khasiat yang sangat baik untuk kesehatan, terutama penyakit ginjal, demam, batuk, dan lain-lain. Herba ini mempunyai sifat dieuretik (memperlancar buang air kecil).
Masih banyak ciptaan Allah yang belum kita ketahui hikmahnya, tetapi jangan sampai kita berperilaku seperti Iblis. Iblis adalah makhluk Allah yang pertama kali mengingkari hikmah-Nya. Ia tidak mau mengakui keunggulan Adam dari dirinya, karena dia terbuat dari api sedangkan Adam terbuat dari tanah. Menurutnya, api lebih mulia ketimbang tanah.
Di dunia Barat telah terjadi krisis spiritual yang parah. Mereka mengorbankan keimanan untuk mencapai kemajuan. Kita, sebagai umat Islam, jangan sampai melakukan hal serupa. Jangan sampai kita terjerumus masuk lubang yang sama dengan mereka. Kita tetap ingin meraih kemajuan, tetapi tidak dengan jalan mengorbankan keimanan. Kita menginginkan hati dan akal, keimanan dan ilmu pengetahuan berjalan dengan seimbang. Karena, hanya dengan cara itulah kita dapat mengenal Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar