Alhamdulillah, saya mendapat pencerahan pada hari ini. Saya membaca ayat yang berbunyi, “…maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. an-Najm: 53).
Saya teringat kembali pada ayat itu ketika pada suatu kesempatan saya memarahi adik saya yang telah berbohong kepada saya. Pada saat itu saya menganggap adik saya pantas dihukum dengan kemarahan saya. Setelah membaca ayat itu, saya merasa sangat menyesal. Saya merasa orang yang paling suci dan tidak pernah berbuat salah. Padahal dulu saya pernah berbuat hal yang serupa, tapi tidak ada yang memarahi saya. Kini setelah adik saya berbuat hal yang sama, saya malah memarahinya. Saya berubah menjadi seorang hakim, bukan da’i yang mengajarkan dan menasehati seseorang dengan penuh kesabaran.
Saya baru saja membaca sebuah buku karya al-Ustadz Amru Khalid. Buku itu berjudul “Pribadi Penuh Arti”. Bahasannya sangat mendalam seputar perjuangan beberapa orang Nabi. Saya membaca kisah tentang Nabi Nuh As. yang telah berdakwah selama 950 tahun. Namun hanya 80 orang yang mau menjadi pengikutnya. Subhanallah, inilah dakwah terlama yang pernah diemban seorang Nabi.
Saya berdakwah beberapa menit sudah mengeluh. Berdakwah beberapa jam banyak mengeluh. Berdakwah beberapa hari sudah tidak sabar. Berdakwah beberapa minggu sudah bosan. Akhirnya dakwah saya tinggalkan. Jika saya menyeru, saya merasa paling benar, paling hebat, dan berhak menghukum orang yang lebih rendah daripada saya. Saya tidak menyeru dengan kesabaran. Nabi Nuh? Beliau telah berdakwah selama 950 tahun dan dari ribuan orang hanya 80 orang yang beriman!
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan ayat-ayat-Nya yang suci dan telah mengisahkan para Nabi-Nya sebagai pelajaran dan bahan renungan bagi kita semua. Kesucian hati seorang hamba adalah apabila dia tidak menganggap dirinya suci, meskipun ia seorang Nabi dan Rasul, wali-wali Allah, orang-orang yang banyak beribadah, dan orang-orang saleh lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar