Selasa, 20 Maret 2012

Menjual Jiwa dan Harta dengan Surga

إِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman, diri dan harta mereka, dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah: 111)

Subhanallah! Tidak ada jual beli yang lebih mulia daripada ini, karena pembelinya adalah Allah, penjualnya orang-orang beriman, dan barang dagangannya adalah jiwa dan harta, sedang nilai tukarnya adalah surga.

Sungguh, ini adalah jual-beli yang baik sekali, padahal apa yang kita miliki berasal dari-Nya. Dia memberikan secara gratis kepada kita, kemudian membelinya dengan harga yang sangat mahal. Wahai sahabatku, sudah seharusnya kita menerima pembelian-Nya ini, karena tidak ada sedikitpun kerugian di dalamnya. Sungguh, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Mari kita persembahkan jiwa dan harta kita semuanya untuk Allah. Dunia dan semua isinya terlaknat kecuali sesuatu yang untuk Allah. Apa yang Allah kehendaki dengan jiwa dan harta tersebut adalah terserah pada-Nya. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita memenuhi segala keinginan-Nya, seperti halnya seorang budak kepada tuannya.

Detik demi detik hidup kita adalah milik Allah. Hati dan akal kita adalah milik Allah. Seluruh potensi yang ada dalam diri kita adalah milik Allah, harus kita persembahkan kepada Allah. Jangan sampai ada yang tersisa sedikitpun jua.

Sesungguhnya jiwa dan harta kita tidak mungkin sebanding dengan surga Allah. Allah hanya ingin menunjukkan rasa kasih sayang-Nya kepada kita. Agar hati orang-orang beriman lebih condong perhatiannya pada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, ketimbang memperturutkan hawa nafsunya.

Tetapi sebagian kita lebih memperturutkan hawa nafsu ketimbang harus berpegang teguh pada ayat-ayat Allah, sehingga akhirnya menjadi budak dunia. Barangsiapa menjadi budak dunia, seolah ada rantai yang membelenggunya. Ia tidak bebas. Jiwanya hampa. Akalnya hanya mampu memahami segala sesuatu dari kulit luarnya saja.

Inilah perbedaan yang nyata antara orang-orang beriman dan orang-orang yang suka memperturutkan hawa nafsunya. Yaitu orang-orang beriman yang berilmu jauh lebih cerdas dan cakap dibanding orang-orang kafir yang berilmu. Karena ilmu adalah kemuliaan dan kemuliaan Allah tidak diberikan kepada orang-orang kafir dan fasik.

Allah akan mengajari orang-orang beriman yang Dia susupkan ke dalam akal dan kalbu mereka (وَاتَّقُوا اللهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللهُ – QS. Al-Baqarah: 282). Oleh karenanya objek pembicaraan (khitab) kadang ditujukan kepada orang-orang berakal. Jangan sampai mereka kafir karena akal mereka tidak membawa manfaat untuk dunia dan akhirat mereka. وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَابِ ...dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 197).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar