Kita akan stres jika kita hanya sibuk memikirkan tanpa menindaklanjuti pikiran itu menjadi kenyataan. Kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari akal yang pasif. Hal itu seperti seseorang yang ingin menjadi seorang pengusaha besar dengan memikirkan banyak hal yang dapat membuatnya kaya raya. Tapi dia tidak pernah melaksanakan apa yang menjadi pemikirannya itu. Aksi nyatanya hanya sebatas di alam khayalan. Memang, dalam waktu singkat hal itu tampak menjadi pekerjaan yang menyenangkan. Namun, lama kelamaan kegiatan tersebut hanya menimbulkan kejenuhan. Dan akibat dari kejenuhan adalah kekosongan. Jika kita tidak disibukkan dengan kebaikan, maka kita akan disibukkan dengan keburukan. Itu adalah sunnatullah alam semesta ini. Secara otomatis ruang yang kosong akan diisi oleh sesuatu.
Untuk meraih apa yang kita cita-citakan, maka kita harus melaksanakan dengan istiqomah apa yang telah menjadi target kita. Kita harus menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif sepanjang waktu; jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik. Orang-orang yang lebih mementingkan amal yang fardhu atau sunah daripada amal yang mubah apalagi makruh dan haram, akan merasakan nikmat di dalam hatinya. Buahnya akan lebih cepat dirasakan oleh orang-orang seperti itu. Dunia ini bukan tempat untuk beristirahat. Dunia ini adalah tempat bekerja, bercocok tanam amal saleh, dan meraih kemuliaan hidup di akhirat nanti.
Sahabatku, kita harus meningkat dari hari ke hari. Entah itu peningkatan ilmu, iman, kualitas ataupun kuantitas ibadah, sahabat, atau hal-hal positif lainnya. Jika kita merasa belum ada penambahan dalam hal-hal tersebut, maka kita hanya menjadi hamba yang merugi. Bahkan, apabila keadaan kita lebih buruk daripada hari kemarin, maka kita adalah hamba yang terlaknat. Naudzubillahi mindzalik. Jangan sampai kejadian itu menimpa kita. Oleh karena itu, periksalah diri kita (muhasabah), apakah sudah ada ilmu yang kita raih hari ini, sudah meningkat kualitas atau kuantitas ibadah, menjauhi segala bentuk kemaksiatan, dan yang lainnya.
Allah akan memberikan hikmah kepada orang yang lebih memperturutkan akal sehatnya ketimbang hawa nafsunya. Percayalah akan janji Allah ini. Hal ini sudah terbukti pada orang-orang saleh, tokoh-tokoh besar dalam sejarah, pemikir, ilmuwan, penemu, dan pencipta. Mereka tidak henti-hentinya bekerja, bekerja, dan bekerja untuk kemaslahatan umat manusia. Mereka sangat asyik di dalamnya. Hingga mereka merasa tidak kesepian walaupun mereka sedang sendiri. Tidak sibuk dengan yang lain di saat orang lain ada di sisinya untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna. Pandangannya tetap fokus terhadap kebaikan-kebaikan yang sedang ia lakukan. Ia tidak akan berhenti sampai maut memisahkan ruh dari tubuhnya. Bahkan di saat-saat menjelang kematiannya, ia sibukkan dirinya dengan husnudzan kepada Allah, atau ilmu yang bermanfaat, atau dzikir La ilahailallah…
Sahabatku, kapankah kita bisa meraih kemuliaan jika kita mengisi waktu-waktu kita untuk hal-hal yang tidak berguna? Bukankah waktu-waktu itu bisa kita isi dengan dzikrullah, membaca buku, menulis, mendidik anak-anak, shalat fardhu maupun sunah, dan amal-amal saleh lainnya? Sungguh, kebaikan itu sangat banyak, tetapi pandangan orang tertutup oleh keburukan setan. Akhirnya, orang-orang lebih memilih jalan singkat dalam menggapai impiannya. Yaitu dengan melakukan suatu perbuatan yang sangat keji, seperti plagiat, korupsi, membeli gelar, menjual narkoba, dan menjual barang haram lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar