Mahabesar Allah. Dia-lah Yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Usia muda tak berarti jauh dari kematian. Buktinya, ada orang yang mati saat usia masih muda belia. Bahkan lebih dari itu, ada yang dicabut nyawanya ketika baru lahir ke dunia.
Subhanallah! Allah membiarkan manusia hidup hingga tua renta, padahal mereka sudah tidak produktif lagi. Di pihak lain, Allah mematikan orang-orang yang muda usia, padahal usia mereka adalah usia yang produktif untuk bekerja dan beramal. Ada orang yang sudah ratusan kali naik pesawat, tak satupun kecelakaan pernah ia alami. Bahkan tergores sedikit pun tidak pernah. Namun, ada orang yang baru satu kali naik pesawat, saat itu juga dia mengalami kecelakaan!
Entah apa yang akan terjadi di hari esok, kita tak tahu apa-apa. Kita hanya diperintahkan beramal pada hari ini dengan sebaik mungkin. Impian kita di masa depan mungkin kandas di tengah jalan. Apakah engkau masih segar bugar hingga besok? Hanya Allah yang mengetahuinya.
Beberapa waktu yang lalu, saya dalam perjalanan naik pesawat. Saat pesawat mulai terbang, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan cukup keras dari sisi sebelah kanan pesawat. Ternyata ledakan itu bersumber dari mesin sebelah kanan pesawat! Dengan pengereman mendadak, akhirnya pesawat tidak dapat meneruskan penerbangannya.
Setelah kejadian itu, saya pun merenung sejenak. Semua yang terjadi ini tak luput dari kuasa Allah. Walaupun pesawat yang saya tumpangi tidak jadi terbang, saya bersyukur kepada Allah, bahwa Allah masih memberikan umur kepada saya untuk beramal di dunia ini. Seandainya saja mesin meledak saat pesawat sudah berada di udara, bisa jadi akan terjadi suatu hal yang tidak saya duga-duga sebelumnya.
Kematian itu sungguh sangat cepat datangnya. Banyak orang yang merayakan hari ulang tahunnya, padahal hari itu pertanda kematian semakin dekat kepadanya. Bahkan ada seorang artis yang menghabiskan uang satu milyar hanya untuk merayakan ulang tahunnya. Seharusnya hari ulang tahun itu kita isi dengan muhasabah – menghisab diri kita; sudah berapa banyak kita beramal dan berapa banyak kejahatan yang telah kita perbuat. Apakah amal saleh kita lebih banyak ketimbang kejahatan yang pernah kita perbuat? Banyak mengingat saat-saat kematian tiba, kejadian di alam barzah, dan hari kiamat, adalah pertanda orang yang cerdas.
Saat umur seseorang bertambah, saat itu hendaklah seluruh waktunya digunakan untuk mengumpulkan seluruh bekal dan mempersiapkan segalanya untuk menghadapi perjalanan nan panjang. Saat itulah ia harus yakin sepenuhnya bahwa satu hari dalam hidupnya adalah harta yang tak ternilai, khususnya jika ia terus mengalami kemunduran secara fisik.
Satu hal yang paling menarik dan menakjubkan adalah tatkala seseorang yang mati sadar di dalam kuburnya. Ia sangat terkejut dengan kondisi yang tidak bisa dilukiskan dan merasa sedih dengan kesedihan yang sangat sulit dibayangkan. Ia membayangkan masa-masanya yang telah lewat. Ia ingin agar bisa melakukan sesuatu yang belum sempat dikerjakannya dan benar-benar bertaubat. Andaikata ia mendapatkan suatu pelajaran yang sangat berharga dari semua itu saat masih sehat, pasti ia akan melakukan amal-amalnya dengan penuh ketakwaan.
Salah satu contoh ketertipuan seorang manusia adalah panjangnya angan-angan. Tak ada penyakit yang lebih berbahaya daripada itu. Jika bukan karena panjang angan-angan, niscaya ia tak akan pernah lalai. Panjangnya angan-angan telah menyebabkan maksiat dilanggar, taubat diakhirkan, dan terceburnya si pelaku ke dalam syahwat. Penyakit itu telah melalaikannya dari taubat. Jika engkau tak mampu memupus angan-angan, paling tidak, lakukanlah perilaku orang-orang yang dapat memupus angan-angannya. Janganlah engkau tidur sebelum engkau renungkan dalam-dalam apa yang engkau lakukan di hari itu. Jika engkau merasa jatuh ke dalam kesalahan, hapuslah kesalahan itu dengan taubat, atau ketika engkau melakukan kecerobohan, maka akhirilah dengan istighfar. Jika pagi menjelang, renungkanlah apa yang telah engkau lakukan di malam hari. Berhati-hatilah, janganlah engkau terkena penyakit akan dan akan karena itu merupakan jebakan setan!
Sesungguhnya orang yang cerdas selalu membayangkan saat-saat kematian tiba dan bekerja dengan tujuan-tujuan yang harus dicapainya. Andaikata ia tidak sanggup membayangkan dalam benaknya keadaan yang demikian, maka ia wajib mengekang hawa nafsunya dan berbuat sebaik-baiknya untuk kepentingan hidupnya. Sesungguhnya nafsu laksana kuda yang liar, jika engkau pegang kendalinya, engkau dijamin tak akan terlempar olehnya.
Dikisahkan, Imam Abdullah bin al-Mubarak pernah bersandang ke rumah temannya di malam hari. Tiba-tiba lilin di rumah temannya itu padam. Sang teman berusaha menyalakan kembali lilin itu. Setelah menyala, ia melihat Imam Abdullah menangis sesegukan. Ketika ditanya apa yang terjadi, Imam Abdullah berkata bahwa saat lilin padam, suasana menjadi gelap gulita, pada saat itulah ia merasakan suasana seperti di alam kubur.
Ulama-ulama saleh jika hati mereka mengeras, segera pergi mengunjungi tanah pekuburan. Bahkan ada di antara mereka yang membuat lubang kuburan di dalam rumahnya dan setiap malam tidur di lubang tersebut. Fungsinya untuk mengingatkannya pada kematian.
Maimun bin Mahran berkata, “Aku pergi ke sebuah kuburan bersama Umar bin Abdul Aziz. Tatkala dia melihat kuburan, maka dia menangis. Kemudian dia menghadap ke arahku dan berkata, ‘Hai Maimun, ini adalah kuburan nenek moyangku dari Bani Umayah, seakan-akan mereka tidak bergabung dengan kenikmatan dan kehidupan penghuni dunia. Tidakkah engkau melihat mereka kini terbaring tak berdaya, hancur dan dimakan ulat?’ Kemudian dia menangis, dan berkata lagi, ‘Demi Allah, aku tidak melihat seseorang yang lebih nikmat daripada orang-orang yang sudah berada di dalam kuburan ini dan dia terlindung dari siksa Allah’.”
Jika Ibnu Umar Ra. ingat mati, maka dia menggigil seperti burung yang sedang menggigil. Setiap malam dia mengumpulkan para fuqaha, lalu mereka saling mengingatkan kematian dan hari kiamat, lalu mereka semua menangis, seakan-akan di hadapan mereka ada mayat.
Karena rasa takut yang tinggi kepada Allah, Aisyah Ra. sering berkata, “Seandainya aku adalah sebatang pohon yang selalu berdzikir kepada-Nya, yang tidak akan dihisab di akhirat nanti; seandainya aku adalah batu; seandainya aku adalah sehelai daun dari pepohonan; dan seandainya aku adalah sekepal tanah.”
Imam Hasan al-Bashri berkata, “Kematian melecehkan dunia dan tidak menyisakan kesenangan bagi orang yang berakal. Selagi seseorang mengharuskan hatinya untuk mengingat mati, maka dunia terasa kecil di matanya dan segala apa yang ada di dalamnya menjadi remeh.”
Mari kita memohon kepada Allah agar selalu dikaruniai kesadaran penuh hingga terhindar dari kelalaian. Semoga kita diberi kemampuan untuk beramal saleh yang mampu membentengi kita dari penyesalan tatkala diberangkatkan menuju alam baka.
Perbanyaklah mengingat kematian. Sudahkah cukup bekal yang kita bawa? Banyak orang yang terpandang di dunia, namun ketika ruhnya dicabut dari badannya, terlihat jelas kehinaannya dihadapan Allah. Ada orang yang mati saat berbuat maksiat. Entah apa jadinya nanti di akhirat. Ada pula orang yang mati saat beramal saleh. Pintu manakah yang akan kita buka saat kematian berada di depan mata?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar