Jumat, 23 Maret 2012

Tak Lebih dari Sekeping Uang Perak

Sahabatku, karena kita sedang hidup di dunia, kita pasti memiliki masalah. Ya, dunia adalah tempat bercampur baurnya kebahagiaan dan penderitaan. Di dunia ini ada orang kaya dan ada orang miskin; ada yang kenyang, ada yang lapar; ada yang bahagia, ada yang bersedih; dan ada yang sukses, ada pula yang gagal. Sunnatullah kehidupan ini tidak luput menjumpai setiap dari kita, siapa saja tak terkecuali Nabi dan Rasul.

Apakah menurutmu Nabi Saw. tidak pernah ditimpa penderitaan? Tidakkah engkau baca dalam sirah, Nabi pernah mengalami tahun kesedihan di mana kedua orang yang dicintainya meninggal dunia? Tidakkah engkau juga baca bagaimana sedihnya Nabi dengan wafatnya seluruh anak laki-lakinya sehingga kemudian orang-orang kafir menghinanya dengan mengatakan “batara” yang artinya keturunan Nabi telah terputus?

Tapi kesedihan itu kemudian berlalu seperti berlalunya malam. Terbitlah dari sana fajar kebahagiaan. Pada kesedihan pertama, Nabi kemudian dihibur oleh-Nya yaitu dengan peristiwa Isra’ Mi’raj. Kesedihan kedua, Nabi mendapat hiburan dari-Nya yaitu dengan turunnya surat al-Kautsar yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memberi kenikmatan yang banyak kepadanya. Hilangnya satu kenikmatan bukan berarti hilangnya kenikmatan yang lain. Sedangkan mereka yang terputus adalah mereka yang terputus dari rahmat Allah karena kekafiran mereka sendiri, bukan karena terputusnya keturunan Nabi. Di sini Allah telah meluruskan makna “terputus” sebenarnya, yaitu dari sisi material menjadi sisi spiritual.

Wahai sahabatku, kehidupan dunia ini hanyalah kehidupan sepele yang sesaat lagi akan berakhir. Tapi sering sekali kita membesar-besarkan masalah sehingga membuat masalah itu semakin rumit dan sulit untuk dipecahkan. Pada akhirnya keadaan itu hanya membuat kita merasa tertekan dan putus asa. Hal ini terjadi karena kita memfokuskan segala perhatian kita pada dunia ini. Kita memandang dunia sebagai akhir dari perjalanan hidup kita. Kita memandang akhirat dengan pandangan sebelah mata dan setengah hati, padahal disanalah tempat yang abadi.

Ketika kita berada di akhirat, kita ditempatkan-Nya di surga atau di neraka. Surga adalah tempat kebahagiaan, tidak ada kesengsaraan di dalamnya. Sedangkan neraka adalah tempat kesengsaraan, tidak ada kebahagiaan di dalamnya. Dunia ini, sebagaimana yang disabdakan Nabi Saw., seperti kita mencelupkan jari kita ke air, maka lihatlah air yang menempel pada jari kita itu. Itulah dunia! Atau menurut Imam Ibnu Taimiyah, dunia ini tak lebih dari sekeping uang perak. Para mujahid juga mengatakan dunia ini sepele. Mereka rela berkorban untuk akhirat yang kekal abadi. Keberanian mereka muncul karena fokus mereka pada akhirat, bukan pada dunia ini. Jika mereka mati maka mati syahid, dan jika mereka hidup maka hidup dengan mulia.

Wahai sahabatku, masalah yang engkau hadapi di dunia ini tak lebih besar daripada masalah yang akan engkau hadapi di akhirat nanti. Seandainya seluruh penderitaan di dunia dikumpulkan menjadi satu, tak akan sebanding dengan dahsyatnya siksa di akhirat nanti. Oleh karena itu, tetaplah optimis dan tersenyum penuh keyakinan. Janganlah engkau bersedih. Bersabarlah, karena ujian dan cobaan pasti akan segera berlalu. Fokuskan perhatianmu pada akhirat, niscaya akan remeh semua penderitaan yang engkau hadapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar