Allah Swt. berfirman dalam surat al-Ashr ayat 1-3:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Di dalam ayat ini tergambar tiga syarat yang membuat manusia luput dari kerugian selama hidup di dunia, yaitu beriman, beramal saleh, dan berdakwah. Ketiganya bukanlah unsur yang saling berdiri sendiri, melainkan unsur yang saling menjalin satu sama lain sehingga membentuk sebuah anyaman kehidupan. Mari kita pahami bersama ketiga hal tersebut.
Beriman
Manusia yang tidak beriman (kafir) adalah orang-orang yang merugi. Mereka tidak mendapatkan apa-apa dari apa yang dikerjakannya di dunia ini kecuali hanya kelelahan fisik dan kesenangan duniawi belaka. Amal-amal mereka terbang ditiup angin. Atau seperti halnya fatamorgana; ada namun tiada. Mereka beramal atau tidak beramal sama saja. Hidup dan mati mereka sama saja. Jika mereka beramal maka sia-sia dan tak bernilai pahala. Dan jika mereka melakukan maksiat maka mendapat siksa.
Bagi siapa saja yang ingin luput dari kerugian, maka syarat pertama adalah wajib beriman kepada Allah. Dengan cara itulah, kita mendapatkan pahala berdasarkan amal-amal saleh yang kita lakukan. Dan kita mendapat siksa dari maksiat yang kita lakukan. Hitung-hitungan memperoleh surga atau neraka akan menjadi jelas disini. Sementara orang-orang yang tidak beriman jelas-jelas akan masuk neraka-Nya.
Allah Swt. berfirman dalam surat Ali Imran ayat 116-117:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَن تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلآَأَوْلاَدُهُم مِّنَ اللهِ شَيْئًا وَأُوْلاَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ {116} مَثَلُ مَايُنفِقُونَ فِي هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ وَمَاظَلَمَهُمُ اللهُ وَلَكِنْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. Dan mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
Beramal saleh
Yang dimaksud amal saleh adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Orang yang beriman otomatis adalah orang yang beramal saleh. Iman dan amal saleh ibarat bunga yang tidak dapat menahan semerbak harumnya. Oleh karena itu, orang-orang yang tidak beramal saleh patut dipertanyakan keimanannya, sekalipun orang itu mengaku dirinya beriman.
Iman menjadi tidak cukup jika kita ingin luput dari kerugian. Iman adalah salah satu syarat tak terpisahkan dari keberuntungan hidup manusia. Seperti kata Sayyid Quthb, orang-orang beriman yang tidak beramal shalih, sesungguhnya iman itu tidak ada dalam dirinya. Iman itu mandul; tidak membuahkan amal saleh. Iman itu hanya sekedar ucapan tanpa perbuatan.
Setelah beriman, segeralah beramal saleh agar kemudian imanmu tumbuh dan berkembang dalam dirimu. Sibukkan dirimu dengan amal saleh karena apa yang engkau lakukan akan membuahkan hasil yang baik kelak di akhirat. Sebaik dan sebanyak apapun panen yang akan engkau semai di akhirat nanti, itu disebabkan oleh apa yang engkau lakukan saat ini.
Berdakwah
Yang dimaksud berdakwah disini adalah nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Syarat ketiga ini lebih berdimensi eksternal (sosial) ketimbang syarat pertama dan kedua. Artinya, tidak cukup apa yang kita lakukan hanya untuk diri kita sendiri. Seorang muslim memiliki kepedulian terhadap sesamanya, tak terkecuali orang-orang kafir yang belum tersentuh hidayah-Nya. Kewajiban kita menyampaikan kepada mereka jalan keselamatan dan keberuntungan. Sehingga kemudian mereka beriman dan beramal saleh seperti dirinya.
Dorongan untuk berdakwah akan senantiasa tumbuh dihati orang-orang beriman yang beramal saleh. Karena hati mereka penuh dengan cahaya kelembutan dan kepedulian pada sesama. Ia merasa kasihan kepada orang-orang yang jauh dari hidayah-Nya. Ia segera membantu mereka; menuntun mereka ke jalan yang benar.
Rasulullah Saw. adalah orang yang sangat menginginkan keimanan setiap hamba-hamba Allah sehingga dengan penuh semangat beliau berdakwah tanpa kenal putus asa, walaupun pada awalnya beliau mendapat penderitaan yang sangat menyakitkan. Mengenai hal ini, Allah Swt. berfirman dalam surat at-Taubah ayat 128:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
Dengan ketiga hal inilah pintu-pintu kerugian tertutup rapat dan pintu-pintu keberuntungan, kebahagiaan, dan keselamatan terbuka lebar. Layar telah terkembang dan bahtera berjalan menuju tujuannya. Wahai orang-orang beriman yang beramal saleh dan berdakwah, selamat datang dalam kegembiraan yang hakiki. “…maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al-Baqarah: 38).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar