Setidaknya ada tiga hadits yang memberi motivasi kepadaku untuk menulis. Hadits pertama berbunyi, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Hadits kedua berbunyi, Allah mencintai hamba-Nya yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya. Dan hadits ketiga berbunyi, salah satu amal yang tidak terputus meskipun seseorang telah wafat adalah ilmu yang dimilikinya memberikan nilai manfaat bagi orang lain.
Hadits-hadits itu ibarat ruh yang menggerakkan jasad ini. Ia adalah semangat yang sebelumnya lemah. Ia bernilai tinggi lagi mulia. Ia datang menggedor semangat kita untuk selalu memberikan manfaat kepada orang lain. Kita sebarkan ilmu yang kita miliki baik lewat lisan maupun tulisan. Terlebih dengan tulisan karena ia jauh lebih lama pengaruhnya ketimbang lewat lisan. Tulisan akan menjadi bagian dari sejarah dan penulisnya telah menjadi pelaku sejarah itu sendiri. Para penulis adalah pionir perubahan dan perbaikan.
Semangat untuk memberikan manfaat dan nilai-nilai positif kepada sesama, harus selalu ada dalam hati dan pikiran penulis muslim. Karena sejak awal menulis diniatkan dengan niat yang baik, maka Insya Allah hasilnya juga akan baik. Sedangkan penulis yang tidak tahu tujuan untuk apa ia menulis, maka ia berniat dengan hawa nafsu dan khayalannya, yaitu menghalalkan segala cara dan berfokus pada materi semata.
Segala pekerjaan yang kita lakukan di awali dari niat. Oleh karena itulah, niat adalah sesuatu yang maha penting. Niat akan menentukan langkah kita selanjutnya. Niatlah yang membentuk visi dan misi kita. Karena keutamaan niat, para ulama sering mencantumkan hadits di mukadimah buku-buku yang ditulisnya. Sebelum mulai menulis lebih jauh lagi, hadits itu seolah berkata, “Karena hal apakah engkau menulis?” Begitu juga ketika mulai membaca, hadits itu hadir mengingatkan kita, “Untuk apa membaca buku ini? Apakah untuk mendapatkan ilmu lalu engkau amalkan atau sekedar membangga-banggakan diri?”
Niat yang tulus karena Allah akan jauh lebih dahsyat pengaruhnya daripada niat yang murahan. Niat yang tulus akan membangkitkan keberanian dari jiwa-jiwa pengecut, membangkitkan ketekunan dari jiwa-jiwa pemalas, dan membangkitkan semangat yang besar dari jiwa-jiwa si cepat bosan. Ibnu Abbas Ra. berkata, “Sesungguhnya seseorang hanya dipelihara (oleh Allah) sesuai dengan kadar niatnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar